Segmen
ini adalah khusus bagi anda yang sedang menjadi pimpinan/atasan, atau anda yang
sedang menjadi bawahan dari kepemimpinan seseorang. Yang perlu diingat di sini,
anda baik yang memimpin ataupun yang dipimpin adalah sama-sama manusia. Jadi
cara memperbaikinya adalah dengan cara-cara kemanusiaan yang dipandu oleh Allah
di dalam alqur’an. Sebenarnya sangat mudah, gunakan saja ayat watawa showbilhaqqi watawa showbisshobr (saling
tolong menolong dalam kebenaran dan kesabaran).
Kita
mempunyai atasan yang sangat angkuh, bossy, bawaannya menekan, menuntut, dsb.
Berdasarkan konsep di atas, yang perlu kita lakukan hanyalah dua.. menolongnya
menemukan kebenaran, dan menolongnya untuk bisa bersabar. Jika kita ingin
menolong seseorang yang akan tercebur ke jurang, tentu berbagai macam cara kita
gunakan. Sama seperti itu, menolong atasan dalam kebenaran dan kesabaran juga
harus dengan berbagai macam cara. Gunakan akal kita untuk memikirkan cara yang
paling efektif untuk membuatnya bersikap benar –tepat, dan bersikap sabar. Cara
yang sudah ditemukan dan berhasil dilakukan adalah sebagai berkut: berempati
kepadanya, masuk ke dalam hatinya, sampai berhasil menyentuh hatinya, lalu
bantulah ia membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran dan penyakit hati. Kita
sudah membahas tentang empati pada segmen sebelumnya, mungkin anda bisa me-review kembali bacaan yang telah lalu.
Bila
anda berfikir itu hanya teori, mari kita praktekkan. Pertama, untuk masuk ke
dalam hatinya kita bisa mulai dengan pembicaraan yang berkesan seperti ungkapan
rasa kagum dan hormat kita kepada beliau, membicarakan hobi dan kesukaannya,
dst. Misalnya “pak, saya kagum dengan kepemimpinan bapak selama ini. Ide-ide
kreatif bapak sangat berpengaruh besar buat perusahaan ini. Bahkan bla bla
bla..” sampai kita telah dapat menyentuh perhatiaannya. Lalu kita lanjutkan ke
permasalahan yang ingin kita bicarakan.. “Tapi saya membaca ada gelagat yang
kurang baik dari temen-temen bawahan bapak nih, entah ada apa tapi yang jelas
ini ada masalah yang harus diselesaikan, pak.” Kedua, kita bersihkan hatinya
dengan masukan-masukan positif kita. Misalnya “(lanjutan) ..nah untuk mengatasi
masalah tersebut bagaimana kalau kita adakan diskusi terbuka, atau bagaimana
kalau bapak baca buku ini dulu, insya Allah masalah-masalah seperti itu di
perusahaan kita tidak akan terjadi pak.” Ketiga, tutuplah pembicaraan sama
seperti membuka tadi, isi dengan sanjungan dan bicarakan hobi dan kesukaannya,
kaitkan dengan masalah yang baru saja kita sampaikan. Misalnya “(lanjutan)
..bapak adalah orang hebat, bapak pasti bisa membuat kami sebagai bawahan bapak
untuk menjadi hebat juga. Karena pasti, bapak akan senang dan tenang jika di
tubuh internal perusahaan ini tidak terjadi konflik apapun.”
Lalu
bagaimana dengan memperbaiki kinerja bawahan? Biasanya bawahan itu paling takut
dengan atasannya karena atasannya itu yang menggajinya, seakan-akan nasibnya
itu bergantung dari keridhoan atasannya kepadanya. Itu manusiawi, tapi kurang
baik dalam manajerial kepemimpinan. Biasanya orang-orang yang seperti itu hanya
akan bekerja giat jika hanya disuruh atau dikontrol oleh atasan saja, sementara
jika tidak ada atasan maka dia akan bersantai-santai ria dan malas. Yang lebih
baik dari itu adalah pemimpin yang mampu membuat orang-orang yang dipimpinnya
sebagai partner yang mempunyai ikatan hati, bukan ikatan kerja atau kesepakatan
hitam di atas putih. Karena ikatan hati itu lebih kuat daripada ikatan kontrak
kerja. Cara membuat ikatan hati itu sangat mudah sekali bagi seorang pemimpin.
Cukup dengan sesekali berbincang-bincang mengenai keadaan bawahannya di momen
makan siang, setelah sholat, atau jam istirahat lainnya. Bisa juga dengan
memberikan hadiah/bonus secara tidak terduga karena melihat ada sifat baik
bawahan kita yang unggul daripada teman-teman selevelnya. Atau cara lain yang
intinya adalah empati dan berbagi kasihsayang. Karena dengan menyayangi mereka
maka kita akan disayangi oleh mereka, begitu kata Rasulullah SAW dalam sebuah
hadits. Insya Allah jika para bawahan kita itu sudah terikat hatinya dengan
kita, maka mereka secara otomatis dengan sendirinya akan menunaikan semua yang
menjadi tugas dan kewajibannya tanpa paksaan justru malah dengan rasa senang
dan ketulusan hati.
(Deni bin Mu'min)_
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar