Selasa, 16 April 2013

Menegur Atasan, Memperbaiki Bawahan




Segmen ini adalah khusus bagi anda yang sedang menjadi pimpinan/atasan, atau anda yang sedang menjadi bawahan dari kepemimpinan seseorang. Yang perlu diingat di sini, anda baik yang memimpin ataupun yang dipimpin adalah sama-sama manusia. Jadi cara memperbaikinya adalah dengan cara-cara kemanusiaan yang dipandu oleh Allah di dalam alqur’an. Sebenarnya sangat mudah, gunakan saja ayat watawa showbilhaqqi watawa showbisshobr (saling tolong menolong dalam kebenaran dan kesabaran).
Kita mempunyai atasan yang sangat angkuh, bossy, bawaannya menekan, menuntut, dsb. Berdasarkan konsep di atas, yang perlu kita lakukan hanyalah dua.. menolongnya menemukan kebenaran, dan menolongnya untuk bisa bersabar. Jika kita ingin menolong seseorang yang akan tercebur ke jurang, tentu berbagai macam cara kita gunakan. Sama seperti itu, menolong atasan dalam kebenaran dan kesabaran juga harus dengan berbagai macam cara. Gunakan akal kita untuk memikirkan cara yang paling efektif untuk membuatnya bersikap benar –tepat, dan bersikap sabar. Cara yang sudah ditemukan dan berhasil dilakukan adalah sebagai berkut: berempati kepadanya, masuk ke dalam hatinya, sampai berhasil menyentuh hatinya, lalu bantulah ia membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran dan penyakit hati. Kita sudah membahas tentang empati pada segmen sebelumnya, mungkin anda bisa me-review kembali bacaan yang telah lalu.
Bila anda berfikir itu hanya teori, mari kita praktekkan. Pertama, untuk masuk ke dalam hatinya kita bisa mulai dengan pembicaraan yang berkesan seperti ungkapan rasa kagum dan hormat kita kepada beliau, membicarakan hobi dan kesukaannya, dst. Misalnya “pak, saya kagum dengan kepemimpinan bapak selama ini. Ide-ide kreatif bapak sangat berpengaruh besar buat perusahaan ini. Bahkan bla bla bla..” sampai kita telah dapat menyentuh perhatiaannya. Lalu kita lanjutkan ke permasalahan yang ingin kita bicarakan.. “Tapi saya membaca ada gelagat yang kurang baik dari temen-temen bawahan bapak nih, entah ada apa tapi yang jelas ini ada masalah yang harus diselesaikan, pak.” Kedua, kita bersihkan hatinya dengan masukan-masukan positif kita. Misalnya “(lanjutan) ..nah untuk mengatasi masalah tersebut bagaimana kalau kita adakan diskusi terbuka, atau bagaimana kalau bapak baca buku ini dulu, insya Allah masalah-masalah seperti itu di perusahaan kita tidak akan terjadi pak.” Ketiga, tutuplah pembicaraan sama seperti membuka tadi, isi dengan sanjungan dan bicarakan hobi dan kesukaannya, kaitkan dengan masalah yang baru saja kita sampaikan. Misalnya “(lanjutan) ..bapak adalah orang hebat, bapak pasti bisa membuat kami sebagai bawahan bapak untuk menjadi hebat juga. Karena pasti, bapak akan senang dan tenang jika di tubuh internal perusahaan ini tidak terjadi konflik apapun.”
Lalu bagaimana dengan memperbaiki kinerja bawahan? Biasanya bawahan itu paling takut dengan atasannya karena atasannya itu yang menggajinya, seakan-akan nasibnya itu bergantung dari keridhoan atasannya kepadanya. Itu manusiawi, tapi kurang baik dalam manajerial kepemimpinan. Biasanya orang-orang yang seperti itu hanya akan bekerja giat jika hanya disuruh atau dikontrol oleh atasan saja, sementara jika tidak ada atasan maka dia akan bersantai-santai ria dan malas. Yang lebih baik dari itu adalah pemimpin yang mampu membuat orang-orang yang dipimpinnya sebagai partner yang mempunyai ikatan hati, bukan ikatan kerja atau kesepakatan hitam di atas putih. Karena ikatan hati itu lebih kuat daripada ikatan kontrak kerja. Cara membuat ikatan hati itu sangat mudah sekali bagi seorang pemimpin. Cukup dengan sesekali berbincang-bincang mengenai keadaan bawahannya di momen makan siang, setelah sholat, atau jam istirahat lainnya. Bisa juga dengan memberikan hadiah/bonus secara tidak terduga karena melihat ada sifat baik bawahan kita yang unggul daripada teman-teman selevelnya. Atau cara lain yang intinya adalah empati dan berbagi kasihsayang. Karena dengan menyayangi mereka maka kita akan disayangi oleh mereka, begitu kata Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Insya Allah jika para bawahan kita itu sudah terikat hatinya dengan kita, maka mereka secara otomatis dengan sendirinya akan menunaikan semua yang menjadi tugas dan kewajibannya tanpa paksaan justru malah dengan rasa senang dan ketulusan hati.

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku