Selasa, 28 Mei 2013

Ummi dalam Cintaku





Ummi, pandang mataku sebagaimana aku memandang matamu
Aku ingin menghubungkan hatiku dengan hatimu
Ummi, genggam tanganku sebagaimana aku menggenggam tanganmu
Kuingin sampaikan tentang perasaan yang tulus suci

Ummi, kurasakan kasih sayangmu
Tak lekang di kala panas, tak lapuk di kala hujan
Ummi, limpahan cinta dan sayangmu
Tak habis dibagi-bagi, tak surut laksana laut

Selama bumi terus berotasi dan berevolusi
Selama itu pula penaku menari-nari mengukir dan menggambar
Mengukir prestasi tuk membuatmu senang
Menggambar akhlak karimah tuk membuatmu tenang, Ummi

Di sini aku berdiri, saat ini
Saksikan aku bahwa aku anak berbakti
Di sana di masa depan, nanti
Saksikan aku bahwa aku tetap berbakti

Ummi, dimanapun aku berada
Rasa cintaku ini selalu tumbuh
Lihatlah, seperti kuku dan rambutku
Takkan berhenti hingga nyawaku pergi, ummi.

(Deni bin Mu'min)_

Minggu, 19 Mei 2013

Positive VS Negative, Thinking and Feeling




Pengendalian diri utama kita sebagai manusia terletak di hati/perasaan, kemudian di otak/pemikiran. Maka dari itu kita sering mendengar ucapan bahwa perempuan lebih didominasi oleh perasaan dibanding akalnya, sedangkan laki-laki lebih didominasi oleh akalnya dibanding perasaannya. Kalimat ucapan itu tidak benar dan tidak juga salah. Artinya kalimat itu adalah kalimat subyektif, setiap orang menilai dari apa yang ia alami, dan itu wajar saja.
Sekarang mari kita bahas tentang pemikiran terlebih dahulu. Untuk masa depan kita, pemikiran kita bisa saja positif dan bisa juga negatif. Misalnya, jika sekarang saya sedang miskin, saya boleh saja berpikiran bahwa suatu saat nanti saya akan menjadi orang sukses dan kaya raya serta dermawan, dengan bekerja keras dan kerja cerdas di bidang yang saya geluti sekarang, saya akan merintis usaha dengan berbagai macam strategi, yang penting halal. Saya yakin jika saya berusaha dan berdoa serta tawakkal pasti kekayaan/kesuksesan itu adalah hal yang sangat mudah untuk Allah berikan kepada saya. Atau misalnya pemikiran saya bilang, saya orang miskin dan keturunan orang miskin. Usaha saya dari dulu begini-begini saja. Pendidikan saya rendah dan tidak bisa apa-apa kecuali meneruskan usaha orangtua saya ini. Ya mau apa lagi, saya terima dan syukuri saja apa yang saya punya sekarang ini, toh harta juga nggak akan saya bawa mati. Negara kita emang udah berantakan, pantes aja yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Dua pemikiran diatas adalah contoh dari realitas masyarakat kita, pemikiran positif vs pemikiran negatif. Jika kita mau berpikir positif untuk masa depan kita, boleh. Dan jika mau berpikir negatif untuk masa depan kita juga boleh. Tapi saya menyarankan dari pada kita membawa pikiran kita ke arah yang negatif lebih baik kita membawanya ke arah positif, itu lebih menguntungkan dan lebih menyemangati kita.
Dan sekarang mari kita mambahas tentang perasaan. Untuk masa lalu kita, perasaan kita bisa saja positif dan bisa juga negatif. Contoh, saya telah dikecewakan oleh seorang pria yang tidak jadi menikahi saya karena dia lebih memilih wanita lain. Saya sedih dan sangat kecewa, saya sudah terlanjur jatuh cinta kepadanya. Saya sangat tidak terima diperlakukan seperti itu, saya dipermainkan, saya ingin balas dendam dan mengacaukan percintaannya dengan wanita barunya. Saya ingin bikin dia merasakan juga betapa sakitnya diri ini, biar dia tau gimana rasanya. Awas saja nant, dasar pria kurang ajari! Contoh lain, saya baru saja dikecewakan oleh seorang pria yang sangat saya cintai, saya berencana untuk menikah dengannya, diapun sudah berjanji mau menikah dengan saya, tapi saya dikhianati dan dia memilih wanita lain. Saya memang sedih, tapi saya tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan ini, mungkin butuh waktu beberapa hari untuk menetralkan perasaan saya ini. Saya mengambil hikmah dari kejadian itu, mungkin dia bukanlah jodoh yang terbaik buat saya. Saya yakin saya akan mendapatkan jodoh yang lebih baik darinya. Saya akan coba membuka hati dan lebih berhati-hati lagi dalam mencintai lelaki ataupun menerima cinta dari laki-laki. Saya tidak ingin mengulangi kegagalan yang sama, biarlah kisah masa lalu itu menjadi pelajaran buat saya. Dua perasaan di atas adalah dua penyikapan hati yang berbeda terhadap masalah yang sama. Kita bebas saja memilih negative feeling ataupun positive feeling. Tapi lagi-lagi saya menganjurkan, daripada menimbulkan perasaan negatif lebih baik kita menimbulkan perasaan positif dalam diri kita, karena itu lebih menguntungkan dan menyemangati kita. 


Pemikiran kita mendominasi masa depan, dan perasaan kita mendominasi masa lalu. Pengendalian pemikiran dan perasaan kita saat ini sangat menentukan keadaan bagus atau buruknya mental kita, untuk semangat atau tidaknya kita menjalani hidup kita. Dan kitalah yang menentukan mau diapakan diri kita ini. Semoga terinspirasi, Good luck!

(Deni bin Mu'min)_

Cegah dan Atasi Amarah




Amarah atau yang sering kita sebut marah adalah suatu emosi negatif yang timbul akibat dari tidak menerimanya hati kita terhadap sesuatu yang kita lihat, dengar, dan atau yang kita rasakan. Seperti misalnya marah melihat mobil kesayangan kita dilecetkan, mendengar kabar bahwa anak kita dizholimi, atau merasa tidak senang karena kita dihina dan diperlakukan tidak sepantasnya oleh orang lain.
Marah itu pasti timbul ketika hal-hal yang di atas tadi terjadi dalam hidup kita, tetapi timbulnya marah dalam emosi kita itu dapat kita kendalikan. Jika kita sebut marah adalah suatu emosi yang negatif, maka dengan dikendalikan amarah itu bisa berubah menjadi emosi yang positif.
Dalam definisinya, emosi adalah keadaan dan reaksi psikologis serta fisiologis. Ada dua kata kuncinya, yaitu keadaan (fisik dan mental) dan reaksi (fisiologis dan psikologis). Pertama, jangan sampai membuat orang lain marah kepada kita. Karena dengan membuat orang lain marah bisa jadi emosi kita juga akan terpancing untuk marah juga. Ini adalah cara terbaik dalam mengendalikan amarah. Karena mengendalikan emosi itu dapat diartikan juga menjaga agar keadaan emosi kita berada tetap dalam jalur yang benar/positif. Kita harus menyesuaikan keadaan fisik dan mental kita dengan orang lain jika kita berada bersama mereka dalam intensitas waktu yang cukup lama. Karena dengan begitu kita sedang mengusahakan agar orang lain tidak marah dengan aktivitas yang sedang kita lakukan. Dengan menyamakan keadaan itu, berarti kita sedang dalam frekwensi yang sama dengan orang-orang di sekitar kita. Berarti juga kita sedang berempati dan simpati. Misalnya, jika kita dalam keadaan lapar di pengungsian bersama-sama pengungsi yang lain. Maka ketika kita mendapatkan sebungkus nasi, alangkah baiknya jika kita sama-sama berbagi, paling tidak dibagi dua atau dibagi dengan orang yang paling lapar di pengungsian itu, atau kepada orang yang pernah berjasa besar untuk hidup kita.
Pengendalian emosi untuk mengatasi amarah dengan cara kedua juga masih dari turunan kata kunci di atas, yaitu jangan sampai diri kita membenci Allah. Artinya reaksikan diri kita untuk sabar terhadap apa-apa yang terjadi ketika sudah menimpa diri kita, itu adalah pengendalian yang bisa dibilang mudah untuk dilaksanakan tetapi butuh pembiasaan. Kita bisa karena kita terbiasa. Sabar itu bukan berdiam diri, tetapi sabar adalah menahan diri dari apa-apa yang dilarang oleh Allah. Nah di sini marah bisa terbagi menjadi dua, marah yang harus dipendam dan marah yang harus diluapkan. Pendam amarah itu apabila melihat mobil kesayangan kita dilecetkan oleh anak tetangga yang masih kecil/belum mumayyiz (belum bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, dan nilai-nilai kehidupan yang lain), karena marah terhadap anak itu tidak ada gunanya. Lebih baik langsung saja mendatangi orangtuanya dan meminta ganti rugi dengan pembicaraan yang baik. Contoh lain misalnya mendengar kabar bahwa anak kita dizholimi oleh teman sekolahnya, itupun kasus yang bisa diselesaikan dengan musyawarah bukan diselesaikan dengan amarah. Adukan permasalahan itu kepada kepala sekolah dan orangtua siswa itu, dan beri masukan yang bijaksana kepada anak kita agar dapat menyikapi temannya yang berbuat zholim terhadapnya. Atau contoh terakhir misalnya kita merasa tidak senang karena kita dihina dan diperlakukan tidak sepantasnya oleh orang lain. Membalas hinaan/celaan dengan balik mencela dan menghina dengan penuh amarah juga bukan solusi, balaslah hinaan itu dengan sikap dan reaksi yang baik. Kita sudah sering mendengar bahwa jika keburukan orang lain kita balas dengan kebaikan kita kepadanya, dengan hati yang tulus tentunya, maka hati kita yang bersih itu dapat membersihkan hatinya juga. Itulah yang saya maksud bahwa emosi negatif yang muncul jika dikendalikan dapat menjadi emosi positif, Insya Allah.

(Deni bin Mu'min)_

Senin, 06 Mei 2013

Menghapus Noda Hati



Coba perhatikan dan engkau akan mengetahui
Aku menuliskan pelajaran ini untukmu
Hidupmu.. Selalu terasa tidak menyenangkan
Engkau bersembunyi dari kesedihan
Melarikan diri ke jalan yang salah
Bertahan di rumah dengan air mata
Berkelana di dunia maya menjenuhkan
Tak ada teman sejati, beginilah engkau sendiri
Tertusuk duri di setiap pergantian hari
Kutahu engkau memohon dan berdoa
Agar lepas dari derita dunia nyata

Coba perhatikan dan engkau sedang mengetahui
Aku menuliskan pelajaran ini untukmu
Engkau diperkenalkan olehku
Engkau berbincang denganku
Tentang penderitaanmu kini kutahu
Perlahan.. hati yang luka itu terobati
Semangat yang mati suri kini hidup lagi
Jika perutmu terasa lapar
Maka telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari
Jika di hatimu ada noda kecil atau besar
Maka taubat hari ini lebih baik daripada jatah hidup esok hari

Coba perhatikan dan engkau semakin mengetahui
Aku menuliskan pelajaran ini untukmu
Sebaik-baik teman duduk adalah buku
Sebaik-baik teman hidup adalah ulama
Seburuk-buruk waktu luang adalah melakukan dosa
Seburuk-buruk waktu sempit adalah tergesa-gesa
Engkau seperti ‘Asiyah yang terjebak di negeri kemaksiatan
Atau seperti Masyitoh yang mempertahankan kebenaran iman
Jika mau menuai padi maka harus mau menanam padi
Jika mau pasangan yang baik maka harus mau menjadi orang baik
Jika sudah “mau”, tidak ada “tapi” lagi
Tentang niat baikmu itu
Lakukanlah, bertahanlah, ajaklah..
..Dalam menjalankan kebaikan-kebaikan itu
Percayalah, keburukan itu akan terhapus oleh kebaikan
Yakinlah, tempat berakhirnya orang-orang baik adalah surga

Coba perhatikan dan engkau telah mengetahui
Aku menuliskan pelajaran ini untukmu_

(Deni bin Mu'min)

Wanita Berjilbab Panjang itu



Sisi terang sisi gelapku..
Dan setiap orang punya masa lalu
Dan wanita berjilbab panjang itu
Sisi terang sisi gelapnya..
Dan setiap orang menjemput impiannya
Dan wanita berjilbab panjang itu

Langit biru sepanjang masa..
Kemudian jemari menerjemahkan hati
Kemudian wanita berjilbab panjang itu
Ilalang emas sepanjang jalan..
Kemudian air mata membasahi bumi
Kemudian wanita berjilbab panjang itu

Empat mata satu pandangan..
Maka melangkahlah dengan semangat
Maka wanita berjilbab panjang itu
Satu hati empat tujuan..
Maka berberfikirlah matang-matang
Maka wanita berjilbab panjang itu

Fajar senja silih berganti..
Lalu senyummu menggoda hati
Lalu wanita berjilbab panjang itu
Mentari rembulan silih berganti..
Lalu perangaimu menarik hati
Lalu wanita berjilbab panjang itu

Dan kemudian maka lalu..
Wanita berjilbab panjang itu
Merasuki pikiranku mengisi ruang hatiku_

(Deni bin Mu'min)

Minggu, 05 Mei 2013

Setia Menanti




Aku berdiri di sini bukan untuk memandang matahari
Bukan pula untuk mendengar nyanyian burung kenari
Bukan jua untuk menghibur diri di tengah-tengah biduri
Mungkin matahari yang memandangku begitu terpaku
Mungkin malah burung-burung kenari yang mendengar gundahku
Mungkin saja pohon biduri yang menghiburku dengan lambaian daun-daunnya yang hijau-biru

Aku berdiri di sini sejak lama
Berbarengan dengan munculnya sang surya
Bersama batu dan kayu yang tenang dalam diamnya
Mereka yang lalu lalang menilaiku ini dan itu entah apa
Dia yang kutunggu belum juga terdengar langkah gagahnya
Berikanlah pertanda agar aku dapat membaca

Aku berdiri di sini untukmu pujangga berhati baik
Sungguh enggan untuk merubah haluan meski setitik
Takkan aku lengah dari penantian walaupun sedetik
Aku berdiri di sini hingga senja
Yang berlalu lalang kini menganggapku gila
Entah mengapa aku masih saja setia menanti dia

Wahai.. wahai..
Kesatriaku yang penuh cinta
Ketahuilah.. jika saja kaki yang sabar ini tiada lagi berdaya
..Aku kan tetap menunggumu hingga tua
Kuyakin dengan segenap jiwa..
Kau kan datang membawa kabar gembira
..Untuk kita..
Karena aku tahu engkau telah bercita-cita
Mengajak aku ke istana surga abadiNya_


(Deni bin Mu'min)

Sahabatku