Minggu, 10 Agustus 2014

Implementasi Rukun Iman



 


Rukun iman yang kita pahami ketika masih kecil dahulu adalah sebuah urutan dari mulai percaya kepada Allah, percaya Malaikat, percaya kitab Allah, dst. Namun sesungguhnya rukun iman itu bukan hanya sebuah urutan kepercayaan semata, tapi juga sebuah konsep hidup yang gambarannya seperti yang saya tampilkan dalam bagan di atas.
Dimana mengimani Allah artinya kita yakin dengan adanya Allah yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Pencipta, Maha Bijaksana, Maha Segalanya, dan kita menyembahNya serta berupaya untuk melaksanakan aturan hidup yang dibuatNya demi berjumpa denganNya yang menjadi cita-cita tertinggi kita.
Kemudian beriman kepada Malaikat-malaikat Allah artinya kita memfungsikan malaikat sebagai makhluk Allah yang membuat kita stabil dan meningkatnya amal sholih. Contoh; kita percaya adanya malaikat Rokib dan Atid yang mencatat amal baik dan buruk kita, maka sebab dari percaya itulah kita menjadi stabil dalam berbuat baik dan sabil dalam menghindari amal buruk. Percaya dengan adanya malaikat Izroil membuat kita stabil dalam mengejar dunia dan tidak menjadi berlebihan terhadap dunia ini, karena kita yakin bahwa ajal akan menjumpai kita dengan diutusnya malaikat Izroil itu kepada kita.
     Kemudian percaya kepada Kitab-kitab Allah artinya kita menggunakan kitab Allah tersebut sebagai pedoman kita dalam beramal melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, juga menjadi pedoman mental kita ketika menghadapi berbagai macam ujian perasaan yang mendera kehidupan kita. Contoh; di dalam kitab Allah (Al-qur’an) ini ada pedoman dalam membagi harta warisan, pedoman dalam kehidupan suami-istri, dll. Kemudian ada juga pedoman agar kita tidak bersedih, agar kita memiliki mental yang kuat dan gigih dalam menggapai cita-cita, menempatkan rasa takut yang benar, dll.
          Selanjutnya beriman kepada Nabi dan Rasul, artinya kita meneladani perilaku dan akhlak beliau serta mengikuti mental beliau ketika kita berhadapan dengan ujian yang sama dengan ujian para Nabi. Contoh; jika kita diuji dengan ayah yang menentang dakwah kita, maka kita mencontoh nabi Ibrahim. Jika kita diuji dengan belum memiliki anak, kita mencontoh nabi Zakaria, dst.
      Beranjak ke rukun iman ke-5, percaya dengan adanya hari akhir (kiamat). Beriman dengan adanya hari akhir akan membuat kita termotivasi untuk lebih banyak dan lebih baik lagi dalam beramal sholih dan juga termotivasi untuk mengurangi serta meninggalkan amal buruk/dosa-dosa. Karena kita yakin bahwa nanti di hari kiamat akan ada penimbangan dan perhitungan amal, yang lebih banyak amal baiknya maka kita masuk surga, dan yang lebih banyak amal buruknya akan masuk neraka. Dengan meyakini adanya surge dan neraka di hari akhir itu juga menguatkan motivasi kita dalam beramal.
           Terakhir, beriman kepada takdir. Takdir baik dan buruk itu sudah ditetapkan oleh Allah. Takdir ada yang bisa diubah dan ada yang tidak. Yang bisa diubah contohnya adalah keadaan hidup seperti miskin dan kaya, dan yang tidak bisa diubah contohnya adalah jenis kelamin kita, orang tua kandung yang melahirkan kita, dll. Dengan beriman kepada takdir, mental kita akan tetap stabil apabila di tengah usaha kita misalnya kita mengalami kegagalan. Mental kita akan tetap stabil apabila pernikahan yang sudah kita rencanakan jauh-jauh hari ternyata dibatalkan. Mental akan tetap stabil dalam artian hati kita tetap ridho kepada ketentuan yang Allah berikan kepada kita. Kita yakin bahwa apapun yang kita alami, jika kita termasuk orang yang beriman kepada takdir maka urusan apapun itu akan menjadi kebaikan. Diuji dengan kekurangan/kehilangan maka akan bermental sabar, diuji dengan kelebihan dan ni’matan akan bermental pandai bersyukur.

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku