Rukun iman yang kita pahami ketika masih kecil dahulu adalah sebuah
urutan dari mulai percaya kepada Allah, percaya Malaikat, percaya kitab Allah,
dst. Namun sesungguhnya rukun iman itu bukan hanya sebuah urutan kepercayaan
semata, tapi juga sebuah konsep hidup yang gambarannya seperti yang saya
tampilkan dalam bagan di atas.
Dimana mengimani Allah
artinya kita yakin dengan adanya Allah yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha
Pencipta, Maha Bijaksana, Maha Segalanya, dan kita menyembahNya serta berupaya
untuk melaksanakan aturan hidup yang dibuatNya demi berjumpa denganNya yang
menjadi cita-cita tertinggi kita.
Kemudian beriman kepada
Malaikat-malaikat Allah artinya kita memfungsikan malaikat sebagai makhluk
Allah yang membuat kita stabil dan meningkatnya amal sholih. Contoh; kita
percaya adanya malaikat Rokib dan Atid yang mencatat amal baik dan buruk kita,
maka sebab dari percaya itulah kita menjadi stabil dalam berbuat baik dan sabil
dalam menghindari amal buruk. Percaya dengan adanya malaikat Izroil membuat
kita stabil dalam mengejar dunia dan tidak menjadi berlebihan terhadap dunia
ini, karena kita yakin bahwa ajal akan menjumpai kita dengan diutusnya malaikat
Izroil itu kepada kita.
Kemudian
percaya kepada Kitab-kitab Allah artinya kita menggunakan kitab Allah tersebut
sebagai pedoman kita dalam beramal melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya, juga menjadi pedoman mental kita ketika menghadapi berbagai
macam ujian perasaan yang mendera kehidupan kita. Contoh; di dalam kitab Allah
(Al-qur’an) ini ada pedoman dalam membagi harta warisan, pedoman dalam
kehidupan suami-istri, dll. Kemudian ada juga pedoman agar kita tidak bersedih,
agar kita memiliki mental yang kuat dan gigih dalam menggapai cita-cita, menempatkan
rasa takut yang benar, dll.
Selanjutnya
beriman kepada Nabi dan Rasul, artinya kita meneladani perilaku dan akhlak
beliau serta mengikuti mental beliau ketika kita berhadapan dengan ujian yang
sama dengan ujian para Nabi. Contoh; jika kita diuji dengan ayah yang menentang
dakwah kita, maka kita mencontoh nabi Ibrahim. Jika kita diuji dengan belum
memiliki anak, kita mencontoh nabi Zakaria, dst.
Beranjak
ke rukun iman ke-5, percaya dengan adanya hari akhir (kiamat). Beriman dengan
adanya hari akhir akan membuat kita termotivasi untuk lebih banyak dan lebih
baik lagi dalam beramal sholih dan juga termotivasi untuk mengurangi serta
meninggalkan amal buruk/dosa-dosa. Karena kita yakin bahwa nanti di hari kiamat
akan ada penimbangan dan perhitungan amal, yang lebih banyak amal baiknya maka
kita masuk surga, dan yang lebih banyak amal buruknya akan masuk neraka. Dengan
meyakini adanya surge dan neraka di hari akhir itu juga menguatkan motivasi
kita dalam beramal.
Terakhir,
beriman kepada takdir. Takdir baik dan buruk itu sudah ditetapkan oleh Allah.
Takdir ada yang bisa diubah dan ada yang tidak. Yang bisa diubah contohnya
adalah keadaan hidup seperti miskin dan kaya, dan yang tidak bisa diubah
contohnya adalah jenis kelamin kita, orang tua kandung yang melahirkan kita,
dll. Dengan beriman kepada takdir, mental kita akan tetap stabil apabila di
tengah usaha kita misalnya kita mengalami kegagalan. Mental kita akan tetap
stabil apabila pernikahan yang sudah kita rencanakan jauh-jauh hari ternyata
dibatalkan. Mental akan tetap stabil dalam artian hati kita tetap ridho kepada
ketentuan yang Allah berikan kepada kita. Kita yakin bahwa apapun yang kita
alami, jika kita termasuk orang yang beriman kepada takdir maka urusan apapun
itu akan menjadi kebaikan. Diuji dengan kekurangan/kehilangan maka akan
bermental sabar, diuji dengan kelebihan dan ni’matan akan bermental pandai bersyukur.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar