Minggu, 19 Mei 2013

Positive VS Negative, Thinking and Feeling




Pengendalian diri utama kita sebagai manusia terletak di hati/perasaan, kemudian di otak/pemikiran. Maka dari itu kita sering mendengar ucapan bahwa perempuan lebih didominasi oleh perasaan dibanding akalnya, sedangkan laki-laki lebih didominasi oleh akalnya dibanding perasaannya. Kalimat ucapan itu tidak benar dan tidak juga salah. Artinya kalimat itu adalah kalimat subyektif, setiap orang menilai dari apa yang ia alami, dan itu wajar saja.
Sekarang mari kita bahas tentang pemikiran terlebih dahulu. Untuk masa depan kita, pemikiran kita bisa saja positif dan bisa juga negatif. Misalnya, jika sekarang saya sedang miskin, saya boleh saja berpikiran bahwa suatu saat nanti saya akan menjadi orang sukses dan kaya raya serta dermawan, dengan bekerja keras dan kerja cerdas di bidang yang saya geluti sekarang, saya akan merintis usaha dengan berbagai macam strategi, yang penting halal. Saya yakin jika saya berusaha dan berdoa serta tawakkal pasti kekayaan/kesuksesan itu adalah hal yang sangat mudah untuk Allah berikan kepada saya. Atau misalnya pemikiran saya bilang, saya orang miskin dan keturunan orang miskin. Usaha saya dari dulu begini-begini saja. Pendidikan saya rendah dan tidak bisa apa-apa kecuali meneruskan usaha orangtua saya ini. Ya mau apa lagi, saya terima dan syukuri saja apa yang saya punya sekarang ini, toh harta juga nggak akan saya bawa mati. Negara kita emang udah berantakan, pantes aja yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Dua pemikiran diatas adalah contoh dari realitas masyarakat kita, pemikiran positif vs pemikiran negatif. Jika kita mau berpikir positif untuk masa depan kita, boleh. Dan jika mau berpikir negatif untuk masa depan kita juga boleh. Tapi saya menyarankan dari pada kita membawa pikiran kita ke arah yang negatif lebih baik kita membawanya ke arah positif, itu lebih menguntungkan dan lebih menyemangati kita.
Dan sekarang mari kita mambahas tentang perasaan. Untuk masa lalu kita, perasaan kita bisa saja positif dan bisa juga negatif. Contoh, saya telah dikecewakan oleh seorang pria yang tidak jadi menikahi saya karena dia lebih memilih wanita lain. Saya sedih dan sangat kecewa, saya sudah terlanjur jatuh cinta kepadanya. Saya sangat tidak terima diperlakukan seperti itu, saya dipermainkan, saya ingin balas dendam dan mengacaukan percintaannya dengan wanita barunya. Saya ingin bikin dia merasakan juga betapa sakitnya diri ini, biar dia tau gimana rasanya. Awas saja nant, dasar pria kurang ajari! Contoh lain, saya baru saja dikecewakan oleh seorang pria yang sangat saya cintai, saya berencana untuk menikah dengannya, diapun sudah berjanji mau menikah dengan saya, tapi saya dikhianati dan dia memilih wanita lain. Saya memang sedih, tapi saya tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan ini, mungkin butuh waktu beberapa hari untuk menetralkan perasaan saya ini. Saya mengambil hikmah dari kejadian itu, mungkin dia bukanlah jodoh yang terbaik buat saya. Saya yakin saya akan mendapatkan jodoh yang lebih baik darinya. Saya akan coba membuka hati dan lebih berhati-hati lagi dalam mencintai lelaki ataupun menerima cinta dari laki-laki. Saya tidak ingin mengulangi kegagalan yang sama, biarlah kisah masa lalu itu menjadi pelajaran buat saya. Dua perasaan di atas adalah dua penyikapan hati yang berbeda terhadap masalah yang sama. Kita bebas saja memilih negative feeling ataupun positive feeling. Tapi lagi-lagi saya menganjurkan, daripada menimbulkan perasaan negatif lebih baik kita menimbulkan perasaan positif dalam diri kita, karena itu lebih menguntungkan dan menyemangati kita. 


Pemikiran kita mendominasi masa depan, dan perasaan kita mendominasi masa lalu. Pengendalian pemikiran dan perasaan kita saat ini sangat menentukan keadaan bagus atau buruknya mental kita, untuk semangat atau tidaknya kita menjalani hidup kita. Dan kitalah yang menentukan mau diapakan diri kita ini. Semoga terinspirasi, Good luck!

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku