Pengendalian diri utama kita sebagai manusia terletak
di hati/perasaan, kemudian di otak/pemikiran. Maka dari itu kita sering
mendengar ucapan bahwa perempuan lebih didominasi oleh perasaan dibanding
akalnya, sedangkan laki-laki lebih didominasi oleh akalnya dibanding
perasaannya. Kalimat ucapan itu tidak benar dan tidak juga salah. Artinya kalimat
itu adalah kalimat subyektif, setiap orang menilai dari apa yang ia alami, dan
itu wajar saja.
Sekarang mari kita bahas tentang pemikiran terlebih
dahulu. Untuk masa depan kita, pemikiran kita bisa saja positif dan bisa juga
negatif. Misalnya, jika sekarang saya sedang miskin, saya boleh saja berpikiran
bahwa suatu saat nanti saya akan menjadi
orang sukses dan kaya raya serta dermawan, dengan bekerja keras dan kerja
cerdas di bidang yang saya geluti sekarang, saya akan merintis usaha dengan
berbagai macam strategi, yang penting halal. Saya yakin jika saya berusaha dan
berdoa serta tawakkal pasti kekayaan/kesuksesan itu adalah hal yang sangat
mudah untuk Allah berikan kepada saya. Atau misalnya pemikiran saya bilang,
saya orang miskin dan keturunan orang
miskin. Usaha saya dari dulu begini-begini saja. Pendidikan saya rendah dan
tidak bisa apa-apa kecuali meneruskan usaha orangtua saya ini. Ya mau apa lagi,
saya terima dan syukuri saja apa yang saya punya sekarang ini, toh harta juga
nggak akan saya bawa mati. Negara kita emang udah berantakan, pantes aja yang
kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Dua pemikiran diatas adalah
contoh dari realitas masyarakat kita, pemikiran positif vs pemikiran negatif. Jika
kita mau berpikir positif untuk masa depan kita, boleh. Dan jika mau berpikir
negatif untuk masa depan kita juga boleh. Tapi saya menyarankan dari pada kita
membawa pikiran kita ke arah yang negatif lebih baik kita membawanya ke arah
positif, itu lebih menguntungkan dan lebih menyemangati kita.
Dan sekarang mari kita mambahas tentang perasaan. Untuk
masa lalu kita, perasaan kita bisa saja positif dan bisa juga negatif. Contoh, saya telah dikecewakan oleh seorang pria
yang tidak jadi menikahi saya karena dia lebih memilih wanita lain. Saya sedih
dan sangat kecewa, saya sudah terlanjur jatuh cinta kepadanya. Saya sangat
tidak terima diperlakukan seperti itu, saya dipermainkan, saya ingin balas
dendam dan mengacaukan percintaannya dengan wanita barunya. Saya ingin bikin
dia merasakan juga betapa sakitnya diri ini, biar dia tau gimana rasanya. Awas saja
nant, dasar pria kurang ajari! Contoh lain, saya baru saja dikecewakan oleh seorang pria yang sangat saya cintai,
saya berencana untuk menikah dengannya, diapun sudah berjanji mau menikah
dengan saya, tapi saya dikhianati dan dia memilih wanita lain. Saya memang
sedih, tapi saya tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan ini, mungkin butuh
waktu beberapa hari untuk menetralkan perasaan saya ini. Saya mengambil hikmah
dari kejadian itu, mungkin dia bukanlah jodoh yang terbaik buat saya. Saya yakin
saya akan mendapatkan jodoh yang lebih baik darinya. Saya akan coba membuka
hati dan lebih berhati-hati lagi dalam mencintai lelaki ataupun menerima cinta
dari laki-laki. Saya tidak ingin mengulangi kegagalan yang sama, biarlah kisah
masa lalu itu menjadi pelajaran buat saya. Dua perasaan di atas adalah dua
penyikapan hati yang berbeda terhadap masalah yang sama. Kita bebas saja
memilih negative feeling ataupun positive feeling. Tapi lagi-lagi saya
menganjurkan, daripada menimbulkan perasaan negatif lebih baik kita menimbulkan
perasaan positif dalam diri kita, karena itu lebih menguntungkan dan
menyemangati kita.
Pemikiran kita mendominasi masa depan, dan perasaan
kita mendominasi masa lalu. Pengendalian pemikiran dan perasaan kita saat ini sangat
menentukan keadaan bagus atau buruknya mental kita, untuk semangat atau
tidaknya kita menjalani hidup kita. Dan kitalah yang menentukan mau diapakan
diri kita ini. Semoga terinspirasi, Good luck!
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar