Selasa, 05 Februari 2013

Menghadirkan Empati


Sebelum empati itu hadir, kita harus tahu empati itu apa? Empati dalam definisi bahasa inggrisnya adalah feeling into a person (merasakan menjadi orang lain). Ya, itulah definisi sederhana yang mungkin pernah sesekali kita alami. Sebelum empati kita lakukan, ada baiknya juga kita menjawab pertanyaan “mengapa harus bersikap empati?”. Ya, karena dalam melakukan segala hubungan dengan manusia itu memiliki rasa, seperti yang telah kita bahas sebelumnya pada prinsip pengembangan EQ (every connection has emotion). Dan hubungan antarmanusia yang harmonis dan terjalin dengan baik itu memerlukan kecerdasan emosi yang baik pula, dan empati adalah ujuk tombak kecerdasan emosi kita.

Empati dapat hadir disebabkan oleh tiga faktor, yaitu; karena spontanitas, karena dilatih, dan karena diduplikasi. Berikut adalah penjelasannya:

a.      Spontanitas

Seorang bapak setengah baya menceritakan pengalaman pribadinya. “Setelah saya bersama rekan kerja saya menunaikan sholat jumat, saya dan rekan saya itu beristirahat sejenak di pelataran masjid. Pandangan saya menangkap sesosok ayah muda bersama anaknya yang kelihatannya sedang bersedih.  Mereka duduk tak jauh dari tempat kami duduk. Saya memberanikan diri menyapa ayah muda dan anaknya itu. Sejurus kemudian, air mata saya mengalir deras. Sedangkan kawan saya itu hanya mengernyitkan dahinya saja. Anda tahu apa yang dialami oleh ayah muda dan anaknya itu? Beberapa hari yang lalu mereka mengalami kebakaran, semua harta bendanya telah musnah, begitupun istri dan anak perempuannya yang baru lahir telah menjadi korban nyawa. Sekarang yang ada hanya yang menenpel di badan saja dan uang bantuan dari pemerintah dan warga sekitar. Ya, mereka adalah korban kebakaran yang sedang mengenang orang-orang tercintanya pulang ke haribaan Tuhan. Saya menangis deras, karena sayapun pernah mengalami persis seperti apa yang mereka alami. Anak perempuan dan istri saya meninggal, dan kini sayapun di rumah hanya ditemani anak lelaki saya yang sebentar lagi lulus kuliah.”

            Dari petikan kisah di atas dapat diambil titik tekan dari penyebab datangnya empati ini, yaitu datang secara spontan. Empati dapat timbul secara spontan apabila ada kesamaan nasib, kejadian, ataupun pengalaman yang sama. Bapak paruh baya tadi menangis karena dia juga mengalami hal yang sama dengan ayah muda dan anaknya itu. Sedangkan rekan kerjanya hanya mengernyitkan dahi dengan mimik wajah yang berusaha menyesuaikan keadaan itu sebagai tanda simpatiknya, karena dia tidak mengalami kebakaran rumah sebagimana bapak paruh baya dan ayah muda itu. Inilah contoh empati yang datang karena spontanitas.

b.      Dilatih

Kita dapat menghadirkan empati dengan cara dilatih. Langsung saja, cara melatih empati dapat dilakukan dengan tiga cara; yaitu mendengarkan curhat, segera memberikan bantuan, dan mendoakan orang lain.

·         Mendengarkan curhat

Jika kita sering mendengarkan curhat orang lain, paling tidak kita akan berusaha memberikan saran, nasihat ataupun kritik. Semakin baik saran yang kita berikan, dan semakin baik cara menyampaikan kritik yang kita berikan, maka semakin baik pula hasil latihan empati kita.

·         Segera memberikan bantuan

Jika ada seseorang yang memiliki masalah, cobalah segera kita bantu. Kalau bisa sebelum dia meminta pertolongan, kita sudah memberikannya secara reflek. Dari kejadian itu kita akan berusaha untuk memahami kebutuhannya, membaca persoalan akar permasalahannya, dan mencari solusi terbaiknya. Saat orang yang kita tolong itu memberikan ucapan terimakasihnya yang tulus, saat itu kita telah berhasil melatih empati kita.

·         Mendoakan orang lain

Saat kita mendoakan orang lain, berarti kita mengharapkan kebaikan pada dirinya, mengharapkan sesuatu yang dapat membuatnya bahagia dan terbebas dari masalah-masalahnya. Naah, saat itulah kita melatih empati kita. Karena menganggap diri saudara kita yang kita doakan itu sama seperti mencintai diri sendiri. Jika semakin tulus kita berdoa untuk saudara kita itu, bahkan hingga mengeluarkan air mata, maka semakin hebat hasil dari latihan empati kita selama ini.

c.       Diduplikasi

Makna diduplikasi ini dapat juga diperluas menjadi  ditularkan, dan atau diajarkan. Empati yang sudah bisa kita rasakan dapat kita tularkan kepada orang lain. Ingat, kita hanya bisa menularkan/menduplikasi/mengajarkan empati itu jika kita sudah punya rasa empati. Analoginya, kita bisa menduplikasikan kunci kita jika kita punya kunci aslinya. Atau analogi lainnya, kita bisa menularkan penyakit flu apabila di dalam tubuh kita terdapat virus influenza. Dan kita akan bisa mengajarkan ilmu apabila kitapun sudah memiliki ilmu itu terlebih dahulu. Dalam masalah empati ini, jika kita ingin menularkannya/mengajarkannya kepada orang lain maka sekali lagi, kita juga harus punya rasa empati itu terlebih dahulu.

Empati dapat diduplikasi dengan dua cara, yaitu diceritakan/dijelaskan secara verbal dan diajak mengalami secara aktual/tindakan.

·         Pertama, diceritakan secara verbal.

Kita dapat menceritakan pengalaman empati yang kita alami kepada istri kita atau orang lain. Misalnya dengan bercerita seperti berikut ini “Bun, tadi di bus kota ayah bertemu dengan anak buah ayah yang dulu ayah pecat. Sekarang dia sudah lebih sukses, ayah merasa bangga padanya sekaligus merasa bersalah karena telah memecat dia hanya karena hal kecil yang sebenarnya mudah untuk diperbaiki. Ayah dulu khilaf dan memecatnya dalam keadaan marah. Sebenarnya faktor utamanya ayah marah bukan karena dia berbuat kesalahan itu, melainkan karena tender ayah yang digagalkan oleh rekan bisnis ayah. Karena ayah sudah kesal, ditambah lagi dengan melihat kesalahan anak buah ayah itu, sehingga ayah menjadi tambah kesal dan langsung memecatnya. Ayah merasa bersalah sekali Bun, dia adalah pegawai ayah yang rajin dan jujur.

Saudara-saudari sekalian, pada saat kita bercerita yang mengungkapkan perasaan-perasaan kita dan perasaan orang lain itu, sebenarnya kita sedang menduplikasi empati kita. Orang yang mendengarkan cerita itu akan merasuk seolah-olah dia menyelami perasaan kita atau perasaan orang yang kita ceritakan itu. Begitulah caranya.

·         Kedua, diajak mengalami secara aktual/tindakan

Kalau kita pernah menonton acara reality show di tv yang berjudul “Tukar Nasib” atau “Andai Aku Menjadi,” kita akan melihat semua kesaksian orang-orang yang ditukar nasibnya agar mengalami dan merasakan bagaimana keseharian menjadi diri orang lain. Setelah acara itu usai dan mereka kembali ke nasibnya masing-masing, mereka akan menyampaikan banyak hikmah yang dapat diambil. Nah ketika mereka menyampaikan hikmah-hikmah atau pelajaran-pelajaran kehidupan itu sebenarnya mereka telah selesai diduplikasi rasa empatinya. Semakin banyak pelajaran dan hikmah yang mereka ambil, maka semakin bagus hasil duplikasi empati itu.

Kita sebenarnya tidak mengikuti realiti show tersebutpun tidak apa-apa. Itu hanyalah salahsatu contoh real bahwa duplikasi empati dapat dilakukan dengan cara mengalami langsung seperti demikian. Adapun cara-cara sederhana lainnya bisa juga dengan mengajak anak-anak kita ke panti yatim piatu, panti jompo, dan kawasan-kawasan kumuh. Sambil berkunjung, berilah penjelasan-penjelasan pada anak kita. Ketika berkunjung ke panti yatim piatu misalnya, “Nak, kalau usia ayah dan ibu tidak lama lagi, kamu akan menjadi anak yatim piatu seperti teman-temanmu di sini. Apa yang kamu rasakan jika kamu menjadi yatim piatu?” nah itulah poinnya. Kita membimbing anak kita agar dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, pada saat itulah dia merasa menjadi orang lain, feeling into a person.

Ya, begitulah kurang lebih cara menghadirkan empati di dalam diri kita. Insya Alah dengan adanya empati, hubungan kita antarsesama manusia akan menjadi semakin baik.

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku