Sebelum empati itu hadir, kita harus tahu empati itu
apa? Empati dalam definisi bahasa inggrisnya adalah feeling into a person (merasakan menjadi orang lain). Ya, itulah
definisi sederhana yang mungkin pernah sesekali kita alami. Sebelum empati kita
lakukan, ada baiknya juga kita menjawab pertanyaan “mengapa harus bersikap
empati?”. Ya, karena dalam melakukan segala hubungan dengan manusia itu
memiliki rasa, seperti yang telah kita bahas sebelumnya pada prinsip
pengembangan EQ (every connection has
emotion). Dan hubungan antarmanusia yang harmonis dan terjalin dengan baik
itu memerlukan kecerdasan emosi yang baik pula, dan empati adalah ujuk tombak
kecerdasan emosi kita.
Empati dapat hadir disebabkan oleh tiga faktor,
yaitu; karena spontanitas, karena dilatih, dan karena diduplikasi. Berikut
adalah penjelasannya:
a. Spontanitas
Seorang bapak setengah baya menceritakan pengalaman
pribadinya. “Setelah saya bersama rekan kerja saya menunaikan sholat jumat, saya
dan rekan saya itu beristirahat sejenak di pelataran masjid. Pandangan saya menangkap
sesosok ayah muda bersama anaknya yang kelihatannya sedang bersedih. Mereka duduk tak jauh dari tempat kami duduk.
Saya memberanikan diri menyapa ayah muda dan anaknya itu. Sejurus kemudian, air
mata saya mengalir deras. Sedangkan kawan saya itu hanya mengernyitkan dahinya
saja. Anda tahu apa yang dialami oleh ayah muda dan anaknya itu? Beberapa hari
yang lalu mereka mengalami kebakaran, semua harta bendanya telah musnah,
begitupun istri dan anak perempuannya yang baru lahir telah menjadi korban
nyawa. Sekarang yang ada hanya yang menenpel di badan saja dan uang bantuan
dari pemerintah dan warga sekitar. Ya, mereka adalah korban kebakaran yang
sedang mengenang orang-orang tercintanya pulang ke haribaan Tuhan. Saya
menangis deras, karena sayapun pernah mengalami persis seperti apa yang mereka
alami. Anak perempuan dan istri saya meninggal, dan kini sayapun di rumah hanya
ditemani anak lelaki saya yang sebentar lagi lulus kuliah.”
Dari
petikan kisah di atas dapat diambil titik tekan dari penyebab datangnya empati
ini, yaitu datang secara spontan. Empati dapat timbul secara spontan apabila
ada kesamaan nasib, kejadian, ataupun pengalaman yang sama. Bapak paruh baya
tadi menangis karena dia juga mengalami hal yang sama dengan ayah muda dan
anaknya itu. Sedangkan rekan kerjanya hanya mengernyitkan dahi dengan mimik
wajah yang berusaha menyesuaikan keadaan itu sebagai tanda simpatiknya, karena
dia tidak mengalami kebakaran rumah sebagimana bapak paruh baya dan ayah muda
itu. Inilah contoh empati yang datang karena spontanitas.
b. Dilatih
Kita dapat menghadirkan empati dengan cara dilatih. Langsung
saja, cara melatih empati dapat dilakukan dengan tiga cara; yaitu mendengarkan
curhat, segera memberikan bantuan, dan mendoakan orang lain.
·
Mendengarkan curhat
Jika
kita sering mendengarkan curhat orang lain, paling tidak kita akan berusaha memberikan
saran, nasihat ataupun kritik. Semakin baik saran yang kita berikan, dan
semakin baik cara menyampaikan kritik yang kita berikan, maka semakin baik pula
hasil latihan empati kita.
·
Segera memberikan bantuan
Jika ada
seseorang yang memiliki masalah, cobalah segera kita bantu. Kalau bisa sebelum
dia meminta pertolongan, kita sudah memberikannya secara reflek. Dari kejadian
itu kita akan berusaha untuk memahami kebutuhannya, membaca persoalan akar
permasalahannya, dan mencari solusi terbaiknya. Saat orang yang kita tolong itu
memberikan ucapan terimakasihnya yang tulus, saat itu kita telah berhasil
melatih empati kita.
·
Mendoakan orang lain
Saat kita
mendoakan orang lain, berarti kita mengharapkan kebaikan pada dirinya,
mengharapkan sesuatu yang dapat membuatnya bahagia dan terbebas dari
masalah-masalahnya. Naah, saat itulah kita melatih empati kita. Karena
menganggap diri saudara kita yang kita doakan itu sama seperti mencintai diri
sendiri. Jika semakin tulus kita berdoa untuk saudara kita itu, bahkan hingga
mengeluarkan air mata, maka semakin hebat hasil dari latihan empati kita selama
ini.
c. Diduplikasi
Makna diduplikasi ini dapat juga diperluas
menjadi ditularkan, dan atau diajarkan.
Empati yang sudah bisa kita rasakan dapat kita tularkan kepada orang lain.
Ingat, kita hanya bisa menularkan/menduplikasi/mengajarkan empati itu jika kita
sudah punya rasa empati. Analoginya, kita bisa menduplikasikan kunci kita jika
kita punya kunci aslinya. Atau analogi lainnya, kita bisa menularkan penyakit
flu apabila di dalam tubuh kita terdapat virus influenza. Dan kita akan bisa
mengajarkan ilmu apabila kitapun sudah memiliki ilmu itu terlebih dahulu. Dalam
masalah empati ini, jika kita ingin menularkannya/mengajarkannya kepada orang
lain maka sekali lagi, kita juga harus punya rasa empati itu terlebih dahulu.
Empati dapat diduplikasi dengan dua cara, yaitu
diceritakan/dijelaskan secara verbal dan diajak mengalami secara
aktual/tindakan.
·
Pertama, diceritakan secara verbal.
Kita
dapat menceritakan pengalaman empati yang kita alami kepada istri kita atau
orang lain. Misalnya dengan bercerita seperti berikut ini “Bun, tadi di bus kota ayah bertemu dengan anak buah ayah yang dulu ayah
pecat. Sekarang dia sudah lebih sukses, ayah merasa bangga padanya sekaligus
merasa bersalah karena telah memecat dia hanya karena hal kecil yang sebenarnya
mudah untuk diperbaiki. Ayah dulu khilaf dan memecatnya dalam keadaan marah. Sebenarnya
faktor utamanya ayah marah bukan karena dia berbuat kesalahan itu, melainkan
karena tender ayah yang digagalkan oleh rekan bisnis ayah. Karena ayah sudah
kesal, ditambah lagi dengan melihat kesalahan anak buah ayah itu, sehingga ayah
menjadi tambah kesal dan langsung memecatnya. Ayah merasa bersalah sekali Bun,
dia adalah pegawai ayah yang rajin dan jujur.”
Saudara-saudari
sekalian, pada saat kita bercerita yang mengungkapkan perasaan-perasaan kita
dan perasaan orang lain itu, sebenarnya kita sedang menduplikasi empati kita. Orang
yang mendengarkan cerita itu akan merasuk seolah-olah dia menyelami perasaan
kita atau perasaan orang yang kita ceritakan itu. Begitulah caranya.
·
Kedua, diajak mengalami secara
aktual/tindakan
Kalau kita
pernah menonton acara reality show di tv yang berjudul “Tukar Nasib” atau “Andai
Aku Menjadi,” kita akan melihat semua kesaksian orang-orang yang ditukar
nasibnya agar mengalami dan merasakan bagaimana keseharian menjadi diri orang
lain. Setelah acara itu usai dan mereka kembali ke nasibnya masing-masing,
mereka akan menyampaikan banyak hikmah yang dapat diambil. Nah ketika mereka
menyampaikan hikmah-hikmah atau pelajaran-pelajaran kehidupan itu sebenarnya
mereka telah selesai diduplikasi rasa empatinya. Semakin banyak pelajaran dan
hikmah yang mereka ambil, maka semakin bagus hasil duplikasi empati itu.
Kita sebenarnya
tidak mengikuti realiti show tersebutpun tidak apa-apa. Itu hanyalah salahsatu
contoh real bahwa duplikasi empati
dapat dilakukan dengan cara mengalami langsung seperti demikian. Adapun cara-cara
sederhana lainnya bisa juga dengan mengajak anak-anak kita ke panti yatim
piatu, panti jompo, dan kawasan-kawasan kumuh. Sambil berkunjung, berilah
penjelasan-penjelasan pada anak kita. Ketika berkunjung ke panti yatim piatu
misalnya, “Nak, kalau usia ayah dan ibu tidak lama lagi, kamu akan menjadi anak
yatim piatu seperti teman-temanmu di sini. Apa yang kamu rasakan jika kamu
menjadi yatim piatu?” nah itulah poinnya. Kita membimbing anak kita agar dapat
merasakan apa yang orang lain rasakan, pada saat itulah dia merasa menjadi
orang lain, feeling into a person.
Ya, begitulah
kurang lebih cara menghadirkan empati di dalam diri kita. Insya Alah dengan
adanya empati, hubungan kita antarsesama manusia akan menjadi semakin baik.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar