Jumat, 04 Januari 2013

Bersaing tanpa Bermusuhan



Salahsatu manfaat adanya pesaing adalah kita menjadi lebih giat dan tekun lagi untuk supaya lebih unggul dibanding pesaing kita itu, lebih inovatif dan lebih baik. Dalam hal apapun, sekolah, bisnis, pencarian jodoh, dll. Maka dari itu sangat wajar dan malah harus bagi kita untuk mempunyai pesaing. Tetapi ingat, pesaing itu bukan musuh. Jadi meskipun bersaing kita tidak boleh bermusuhan. Karena jelas bagi kita, musuh yang nyata bagi kita hanya setan (baik dari kalangan jin dan manusia). Dalam perspektif Islam, bersaing itu berarti kita akan sama-sama menang. Dan bermusuhan itu berarti diantara kita akan ada yang menang dan ada yang kalah.

Baiklah, inilah pedoman bagaimana supaya kita bersaing tanpa bermusuhan. Pertama-tama sebelum kita mengenali pesaing kita, kita harus terlebih dahulu mengetahui apakah kita bersaing dalam hal kebaikan atau dalam hal keburukan. Misalnya, ketahui dulu apakah kita bersaing dalam hal ketaatan dan prestasi atau bersaing dalam hal penumpukan harta dan kemaksiatan? Nah setelah tahu bahwa hal itu adalah kebaikan, maka bolehlah kita bersaing. Tapi jika kita tahu bahwa itu hal keburukan, maka jangan sekali-kali kita bersaing untuk itu.
Selanjutnya, sebelum kita bersaing mari kita mengukur diri dengan tujuan terlebih dahulu. Jika tujuan kita sama, maka boleh kita bersaing. Tapi jika tujuan kita berbeda, persaingan itu tak ada gunanya. Misalnya dalam dunia bisnis, saya berbisnis dalam bidang stationary dan buku-buku. Sementara anda berbisnis dalam bidang jasa percetakan. Selayaknya kita bukannya bersaing, tetapi kita seharusnya bekerjasama. Tetapi jika saya dan anda sama-sama berbisnis obat-obatan herbal misalnya, boleh saja kita bersaing.
Setelah mengetahui bahwa kita memiliki pesaing, yang harus kita lakukan adalah mengasah strategi untuk “mengungguli” saingan kita, bukan “menjatuhkan”. Saya ibaratkan seperti dua orang mujahid yang bersaing dalam hal keahlian memainkan pedang dan berkuda. Dalam ikatan Islam, keduanya bersaudara dan keduanya menghadapi musuh yang sama, yaitu orang-orang kafir. Keduanya sama-sama mengasah kemampuannya dan giat berlatih, bahkan tak jarang mereka berdua berlatih di tempat dan waktu yang sama. Apakah mereka saling membunuh? Tidak, mereka bahkan bekerjasama dan saling membantu dan memotivasi. Itulah bersaing dalam hal kebaikan, bukan untuk saling menjatuhkan tetapi untuk saling membangun.

Dalam dunia bisnis, pernahkah anda melihat ada kawasan sepanjang jalan di kanan dan kiri jalan dipenuhi oleh para pedagang yang mayoritas berjualan barang dagangan yang sama? Ya, mereka bersaing. Pernah juga kah anda melihat satu toko obat di suatu jalan, dan kemudian baru ada toko obat lagi sekitar 5 kilometer dari toko obat yang tadi? Ya, mereka juga bersaing. Dari kedua jenis saingan itu, adakah keduanya bermusuhan? Ya mana saya tahu, saya kan tidak mewawancarainya. Pada intinya, saingan itu ada untuk memotivasi kita agar terus berinovasi, bersemangat, terus mengasah kreativitas dan meningkatkan pelayanan kita. Sekali lagi, bersaing bukan untuk bermusuhan. Karena hati yang kotor akan menyumbat rizki kita. Dan dalam realitanya, malah banyak kumpulan pesaing yang menyatukan dirinya dalam suatu komunitas yang mereka buat. Dan komunitas itu pula yang membuat mereka saling mendukung dan menyokong satu sama lain. Dalam sebuah kalimat yang ringkas, saya menyimpulkan “buatlah pelanggan anda tersenyum manis dan jagalah senyum manis pelanggan anda, jika anda tidak menjaganya maka senyum manisnya akan berpindah ke pesaing anda dan kata-kata pahitnya akan menyebar ke pelanggan/calon pelanggan anda yang lain.”

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku