1.
Prinsip
kebanaran
“Kebenaran yang mutlak itu hanya dari Allah dan
rasulNya, bukan dari lisanku ataupun lisanmu. Jika kita berselisih tentang
suatu masalah, mari kita kembalikan kepada Allah dan rasulNya (alquran dan
sunnah).”
2.
Prinsip
keadilan
“Keadilan itu bukanlah membagi sama rata, tetapi keadilan
itu menempatkan sesuatu pada tempatnya, memperlakukan sesuatu sebagimana
fungsinya. Engkau memperlakukan aku sebagai suami, dan aku memperlakukanmu
sebagai istri, sesuai dengan hak dan kewajiban kita masing-masing. Hak dan kewajiban
yang Allah berikan kepada kita.”
3.
Prinsip
mencintai
“Aku mencintaimu karena Allah, semakin banyak
cintamu kepada Allah, maka akan semakin banyak pula cintaku padamu.”
4.
Prinsip
syukur
“Aku berterimakasih kepada Allah yang telah
memberikan kamu untukku, maka tanda terimaksihku padaNya adalah dengan
membahagiakanmu, sebagaimana Allah telah memberikanku kebahagiaan dengan
hadirnya dirimu sebagai jodohku.”
5.
Prinsip
sabar
“Mari kita menahan diri dari apa-apa yang dilarang
Allah atas musibah/ujian yang kita alami, dalam melakukan ketaatan kepadaNya,
dan ketika kemaksiatan datang di depan mata kita.”
6.
Prinsip
mencari nafkah
“Yang halal itu banyak dan mudah kita cari,
asalkan kita punya kesungguhan dan tidak malu melakukan yang halal itu. Yang
haram itu membakar tubuh kita di neraka, meskipun itu dapat diperoleh dengan
mudah.”
7.
Prinsip
uang yang halal dan berkah
“Uang yang halal dan berkah itu adalah uang yang
diberikan kepada kita dari orang-orang yang puas dan senang dengan apa yang kita
berikan kepada mereka, di jalan yang benar."
8.
Prinsip
kasih sayang
“Aku akan kasih apapun yang menjadi kewajibanku
untukmu dengan penuh perasaan sayang (sayang = rasa cinta yang teralisasikan
dengan tindakan).”
9.
Prinsip
rekreasi
“Kita berekreasi bukan hanya untuk
menghibur/menyenangkan keluarga kita, tetapi juga untuk menghibur/menyenangkan
orang-orang yang butuh kesenangan.”
10. Prinsip belanja
“Uang yang engkau (istri) belanjakan akan dimintai
pertanggungjawabannya, gunakanlah uang ini untuk membeli dan memberi kepada
hal-hal yang Allah ridhoi dan yang aku (suami) ridhoi.”
11. Prinsip marah
“Marahlah engkau kepadaku jika aku melakukan
hal-hal yang dimurkai Allah, dan akupun akan memperlakukanmu demikian.”
12. Prinsip memaafkan
“Aku memaafkanmu karena kesungguhanmu untuk
memperbaiki diri, karena pertaubatanmu, dan karena cintamu kepada Allah telah
engkau buktikan.”
13. Prinsip harmonis
“Engaku dan aku selalu seiring sejalan,
sepemahaman, saling mendukung dan menguatkan. Maka dari itu kita berjodoh, kita
menyatu, kita harmonis dan bahagia.”
14. Prinsip mendidik anak
“Tingkah laku kita membuat akhlak mereka lebih
baik, kata-kata kita membuat sikap mereka lebih bijak, doa kita membuat hati
mereka lebih lembut.”
15. Prinsip
memanfaatkan harta
“Yang terpenting bukanlah banyak atau sedikitnya
harta yang kita miliki, tetapi yang terpenting adalah dari mana harta itu kita
peroleh dan untuk apa harta kita gunakan. Yang penting adalah harta yang banyak
dan bermanfaat dunia akhirat, yang tidak penting adalah segala sesuatu yang
boros dan mubazir”
16. Prinsip berhemat
“Kita hanya membelanjakan apa-apa yang kita
butuhkan, bukan apa-apa yang kita inginkan. Boleh sesekali kita menikmati apa
yang kita inginkan, asalkan tidak sering kali.”
17. Prinsip silaturahim
“Ada 3 macam rumah yang menjadi agenda silaturahim
kita: rumah orangtua dan kerabat, rumah guru, dan rumah sahabat-sahabat yang
sholih dan sholihah.”
18. Prinsip berbagi pada tetangga
“Berbagi makanan yang paling pertama adalah
tetangga, berbagi makanan yang paling utama adalah kepada yang kelaparan.
Urutan prioritas tetangga yang berhak mendapatkan makanan kita ini ditentukan
dari pintu rumah tetangga yang paling dekat dengan pintu rumah kita.”
19. Prinsip menuntut ilmu
“Kita belajar, kita mengajar, dan kita
mengamalkan. Belajar itu menjadikan yang belum bisa menjadi bisa, yang sudah
bisa menjadi lebih bisa, yang lebih bisa menjadi yang paling bisa (ahli).”
20. Prinsip manja dan mandiri
“Manjalah engkau ketika aku berada di sisimu,
mandirilah engkau ketika aku tidak sedang di sisimu. Dan akupun akan begitu
kepadamu.”
21. Prinsip berbakti pada keempat orangtua
“Berbakti kepada keempat orangtua kita adalah
tanda bukti cinta kita kepada mereka. Jika aku memberi sesuatu kepada orangtua
kandungku, maka akupun memberikan sesuatu kepada orangtuamu. Sesuatu itu
mungkin tidak harus sama bentuknya, tetapi harus senilai harganya.”
22. Prinsip memberikan saran dan kritik
“Kita harus berpikir dulu sebelum berbicara, kita
mencari kebenaran dulu sebelum mengkritik, dan kita memahami kebenaran dulu
sebelum memberi saran.”
23. Prinsip cemburu
“Aku cemburu jika engkau bersikap tidak wajar (bersikap
tidak syar’i) kepada orang lain, dan jika orang lain bersikap tidak wajar
kepadamu. Maka jagalah perasaanku dengan menjaga sikapmu kepada orang itu.”
24. Prinsip berdiskusi
“Setiap orang mendapat giliran berbicara, setiap
ada yang berbicara harus didengarkan, dan setiap keputusan ditentukan oleh
kepala rumahtangga. Lalu diskusi dilakukan dalam nuansa yang penuh keakraban
dan kehangatan.”
25. Prinsip bercanda
“Tujuan dari humor/candaan itu bukan untuk membuat
pasangan anda tertawa terbahak-bahak. Tujuan dari humor itu adalah untuk
menghibur. Bercanda kreatif yang menghibur
itu tidak boleh dengan celaan, kedustaan, menyakiti perasaan, dan mengabaikan kesopanan.
Humor kreatif itu bisa dengan pelesetan, klimaks-anti klimaks, media visual,
audio, hiperbola, pantomim, dll.”
26. Prinsip bijaksana
“Aku menasihati diriku sendiri dan menasihati
dirimu tentang isi alquran dan sunnah, menasihatimu dengan cara yang diajarkan
Allah dan RasulNya. Dan kita memutuskan perkara dengan mempertimbangkan benar
dan salahnya, baik dan buruknya, manfaat dan mudhorotnya.”
27. Prinsip taat pada suami
“Suamiku, aku akan mentaati semua titahmu selama
engkau tidak fasik dan tidak menyuruhku untuk mendurhakai Allah dan RasulNya,
tidak untuk melakukan perbuatan maksiat, dan tidak juga untuk melakukan hal-hal
yang diluar ajaran alquran dan sunnah.”
28. Prinsip mengalah
“Sebenarnya aku ingin kita menang berdua, tetapi
jika hal itu dapat menyenangkanmu dan tidak membuatku bersedih, aku akan
mengalah dan membiarkanmu menang sendiri. Perlahan-lahan akupun akan segera menghampirimu
di garis kemenangan itu.” (artinya, dia rela mengalah kepada pasangannya meskipun
hatinya kurang ridho, lalu ia berusaha untuk senang juga sebagaimana
pasangannya merasakan kesenangan)
29. Prinsip menyatu
“Awalnya kita adalah dua insan yang berbeda, tapi
aku mengubah diriku agar memiliki banyak kesamaan denganmu. Aku menjadikan
kesukaanmu sebagai kesukaanku, aku menggunakan simbol-simbol dirimu menjadi
kebiasaanku, dan aku melakukan segala sesuatu dengan mengikuti caramu melakukan
itu.”
30. Prinsip menabung dan berhutang
“Aku menyisihkan sebagian uang gajiku untuk
menabung, kalau bisa engkau juga menyisihkan uang pemberianku untuk kau tabung.
Engkau tidak harus mengetahui berapa saldo tabunganku, dan aku juga tidak harus
mengetahui berapa jumlah tabunganmu. Tapi engkau harus mengetahui berapa
penghasilanku dan dari mana saja aku mendapatkan itu, dan aku juga harus
mengetahui apakah nafkah pemberianku itu sudah memenuhi semua kebutuhanmu dan
anak-anak kita atau belum. Jika aku ingin berhutang kepada seseorang, maka aku
akan diskusikan kepadamu. Dan jika engkau ingin berhutang, tolong diskusikan
juga kepadaku.”
31. Prinsip kerjasama (kolaborasi dan
elaborasi)
“Kerjasama itu kita melakukan suatu pekerjaan
secara bersama-sama (kolaborasi), atau kita sama-sama bekerja dengan melakukan
hal yang berbeda (elaborasi) tetapi bertujuan sama. Dan hasil dari kerjasama
kita itu adalah keuntungan/kebahagiaan yang kita rasakan bersama.”
32. Prinsip saling menyempurnakan
“Aku menutupi kekuranganmu, lalu aku memperbaiki
kekuranganmu, dan kini engkau tidak memiliki kekurangan sama sekali.”
(kekurangan/aib yang dimaksud konteksnya lebih mengarah pada kekurangan
nonfisik seperti akhlak dan mental. Karena kekurangan fisik itu hanya bisa
ditutupi dengan bersolek dan diperbaiki dengan operasi plastik)
33. Prinsip bahagia
“Bahagia itu saat kita dan anak-anak semakin taat
kepada Allah, keilmuan dan ketakwaan kita bertambah, kebutuhan kita dicukupi
olehNya, tidak ada perbuatan keji dan munkar yang kita perbuat, dan kaum
muslimin lainnya menjadi senang/bahagia karena perantara harta dan jiwa kita.”
(Deni bin Mu'min)_
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar