Selasa, 18 Desember 2012

Bersahabat




Salahsatu orang yang paling berharga di dunia ini setelah orangtua dan pasangan hidup adalah sahabat. Sahabatlah yang paling memungkinkan untuk menemani hidup kita dari lahir hingga kita meninggal dunia. Orangtua menemani kita dari kita bayi, tapi belum tentu sampai kita tua. Pasangan hidup kita bisa saja menemani kita sampai tua, tetapi kita hidup bersama pasangan kita mungkin sejak usia kita mulai beranjak dewasa.
Sadarkah kita? Kita sebenarnya mulai menjalin persahabatan sejak lepas dari usia balita. Kita akan cenderung memilih teman yang membuat kita nyaman itu sejak kita mumayyiz, atau sekitar usia tujuh tahun. Dan hingga manulapun, kita akan cenderung untuk menghabiskan waktu dengan teman yang memahami perasaan kita. Itulah sahabat, yang status jalinannya dapat terjadi lebih lama daripada status orangtua dan suami/istri.
Ketika kita mulai masuk sekolah dasar, persahabatan mulai terjalin. Hingga lulus SD dan memasuki SMP, sahabat kita bisa saja tetap bersama kita atau bisa juga berbeda sekolah. Lalu kita menjalin persahabatan baru di SMP. Begitu pula pola selanjutnya yang akan terjadi hingga kita lulus dari kuliah. Selama itu pula kita mengumpulkan sahabat dan relasi yang semakin banyak.
Ada dua pertanyaan penting bagi kita; yaitu siapa sahabat kita? dan bagaimana persahabatan kita? Sahabat itu subjek yang datang dan pergi silih berganti, dalam jangka waktu yang sebentar atau lama. Namun bersahabat itu adalah mental yang dapat mendatangkan banyak sahabat dan dalam jangka waktu yang lama. Karena tak dapat dipungkiri bahwa kita dan sahabat-sahabat kita akan menempuh cita-cita dan karir yang berbeda, pengalaman yang berbeda, dan takdir yang berbeda. Jika kita hanya memiliki satu saja atau beberapa orang sahabat saja, kita akan merasa kesepian apabila mereka tidak ada ketika kita membutuhkannya. Tetapi jika kita mempunyai mental bersahabat, kita tidak akan kesepian di manapun kita berada, kecuali benar-benar hanya di tempat yang tidak ada penghuninya.
Mental bersahabat itu seperti sebuah kabel. Jika satu kabel dan kabel lainnya tersambung/terjalin, ia dapat mengalirkan arus listrik. Kalau boleh difrasekan, mari kita ganti persepsi kita dalam bersahabat, mari kita ubah “tali persahabatan” menjadi “kabel persahabatan”. Tali itu hanya terkait dengan fisiknya saja. Sedangkan kabel itu selain terkait sisi fisik “luarnya”nya, ia juga terkait sisi “dalam”nya sehingga dapat mengalirkan arus listrik. Artinya kita bersahabat itu bukan hanya terkait interaksi fisik semata, tetapi juga ada interaksi hati (simpati dan empati). Jadi, memiliki sahabat itu berawal dari memiliki mental bersahabat.

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku