Salahsatu
orang yang paling berharga di dunia ini setelah orangtua dan pasangan hidup
adalah sahabat. Sahabatlah yang paling memungkinkan untuk menemani hidup kita
dari lahir hingga kita meninggal dunia. Orangtua menemani kita dari kita bayi,
tapi belum tentu sampai kita tua. Pasangan hidup kita bisa saja menemani kita
sampai tua, tetapi kita hidup bersama pasangan kita mungkin sejak usia kita mulai
beranjak dewasa.
Sadarkah kita?
Kita sebenarnya mulai menjalin persahabatan sejak lepas dari usia balita. Kita
akan cenderung memilih teman yang membuat kita nyaman itu sejak kita mumayyiz,
atau sekitar usia tujuh tahun. Dan hingga manulapun, kita akan cenderung untuk
menghabiskan waktu dengan teman yang memahami perasaan kita. Itulah sahabat,
yang status jalinannya dapat terjadi lebih lama daripada status orangtua dan
suami/istri.
Ketika kita
mulai masuk sekolah dasar, persahabatan mulai terjalin. Hingga lulus SD dan
memasuki SMP, sahabat kita bisa saja tetap bersama kita atau bisa juga berbeda
sekolah. Lalu kita menjalin persahabatan baru di SMP. Begitu pula pola
selanjutnya yang akan terjadi hingga kita lulus dari kuliah. Selama itu pula
kita mengumpulkan sahabat dan relasi yang semakin banyak.
Ada dua
pertanyaan penting bagi kita; yaitu siapa sahabat kita? dan bagaimana
persahabatan kita? Sahabat itu subjek yang datang dan pergi silih berganti,
dalam jangka waktu yang sebentar atau lama. Namun bersahabat itu adalah mental
yang dapat mendatangkan banyak sahabat dan dalam jangka waktu yang lama. Karena
tak dapat dipungkiri bahwa kita dan sahabat-sahabat kita akan menempuh
cita-cita dan karir yang berbeda, pengalaman yang berbeda, dan takdir yang
berbeda. Jika kita hanya memiliki satu saja atau beberapa orang sahabat saja,
kita akan merasa kesepian apabila mereka tidak ada ketika kita membutuhkannya.
Tetapi jika kita mempunyai mental bersahabat, kita tidak akan kesepian di
manapun kita berada, kecuali benar-benar hanya di tempat yang tidak ada
penghuninya.
Mental
bersahabat itu seperti sebuah kabel. Jika satu kabel dan kabel lainnya
tersambung/terjalin, ia dapat mengalirkan arus listrik. Kalau boleh difrasekan,
mari kita ganti persepsi kita dalam bersahabat, mari kita ubah “tali
persahabatan” menjadi “kabel persahabatan”. Tali itu hanya terkait dengan
fisiknya saja. Sedangkan kabel itu selain terkait sisi fisik “luarnya”nya, ia
juga terkait sisi “dalam”nya sehingga dapat mengalirkan arus listrik. Artinya
kita bersahabat itu bukan hanya terkait interaksi fisik semata, tetapi juga ada
interaksi hati (simpati dan empati). Jadi, memiliki sahabat itu berawal dari
memiliki mental bersahabat.
(Deni bin Mu'min)_
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar