Jika kita
perhatikan setiap orang yang keluar dari rumahnya, setiap mereka mungkin akan
berangkat berikhtiar untuk mengejar apa yang mereka inginkan. Di antara mereka ada yang
gagal, dan sebagian lagi ada yang berhasil mencapai apa yang mereka inginkan. Bagaimana
jika kita mengalami kegagalan, bagaimana bergaul dengan orang yang gagal, dan
bagaimana agar kegagalan itu tidak terulang? Mari kita bahas satu persatu.
Jika kita
mengalami kegagalan, hal yang harus kita lakukan ada 4 yaitu:
·Pertama,
mencari penyebab-penyebab dari kegagalan tersebut. Ingat, mencari penyebab
bukan mencari “kambing hitam”.
·Kedua,
curahkan (curhat-kan) kegagalan itu pada orang terdekat dengan anda. Tapi
ingat, orang yang dekat ini bukan dekat secara fisik, melainkan dekat secara
hubungan hati. Ya lebih bagus lagi orang ini adalah orang yang dekat secara
fisik dan secara hubungan hati juga. Tujuan curhat ini adalah untuk membuat
hati lega dan meluapkan emosi. Emosi dalam hal ini bukan berarti amarah, tetapi
semua jenis-jenis perasaan hati ketika mengalami kegagalan itu.
·Ketiga, buatlah
rencana baru dan ganti strategi. Ingat, ganti strategi bukan ganti misi (ganti
caranya, bukan ganti tujuannya).
·Keempat,
muhasabah/introspeksi diri dengan lebih banyak berdoa dan mendekat kepada
Allah. Karena ingat, pasti apa-apa yang kita ikhtiarkan itu ada campur tangan
Allah dan kehendakNya.
Agar lebih mudah dicerna, saya akan berikan contoh real-nya seperti berikut: Ada seorang penulis yang ingin
menerbitkan bukunya dengan mengirimkan naskahnya ke sebuah penerbit, tetapi
hasilnya ia gagal diterima oleh penerbit itu dengan berbagai alasan. Maka yang
harus ia lakukan adalah pertama, mencari penyebab kegagalannya, bukan kambing
hitamnya. Misalnya penyebab gagalnya adalah tampilan naskahnya kurang menarik
perhatian editor, mungkin penerbit yang ia datangi adalah penerbit besar yang
gengsinya tinggi, mungkin naskahnya tidak sesuai dengan corak penerbit
tersebut, dll. Bukan menyalahkan penerbit yang bodoh karena tidak melihat
kualitas naskahnya, bukan merendahkan diri sendiri karena penilaian subjektif
seorang editor, dll.
Kedua, hendaknya ia mencurahkan kegagalannya itu pada orang terdekatnya.
Misalnya istrinya atau sahabatnya, dll.
Ketiga, ia harus mengganti strategi penawaran yang lebih bagus dan lebih
efektif dari cara sebelumnya. Tujuannya tetap sama, yaitu agar bukunya terbit.
Tetapi caranya yang berbeda.
Keempat, ia harus lebih banyak berdoa dan bersabar serta meningkatkan ketakwaan
kepada Allah. Karena orang yang bertakwa dan memperbaiki diri itu tidak akan
mengalami ketakutan ataupun sedih hati.
Jika kita menemukan orang yang sedang mengalami kegagalan, yang kita
lakukan cukup dua hal, yaitu:
·Pertama, gunakan
telinga kita untuk menjadi pendengar yang baik, tatap matanya dalam-dalam, lalu
gunakan hati kita untuk berempati dengan masalahnya. Dukung perasaan empati itu
dengan mimik wajah kita yang menyesuaikan dengan kondisinya saat itu, atau bisa
juga dengan dekapan atau genggaman tangan kita. (saya menamakan ini receiving action)
·Kedua, jika
kita telah mencapai titik empati, dan ungkapan/curhatan orang yang sedang gagal
itu telah selesai. Maka minimal yang kita lakukan selanjutnya adalah memberikan
nasihat kesabaran dan kebenaran. Selebihnya kita dapat memberikannya kritik
yang disertai saran, dan solusi nyata atas masalahnya itu. Dan sebelum orang
itu beranjak dari kita, tutuplah dengan mendoakannya dan kalimat penyemangat
untuknya. Misalnya dengan mengatakan “semoga Allah memudahkan langkahmu
selanjutnya, aku akan menemani langkahmu sepenuh hati. Engaku adalah istriku
yang hebat, semangat ya sayang! Allah bersama kita, dan ada aku di sisimu! Ini,
ada sejumlah uang untuk melancarkan strategimu selanjutnya.” (saya menamakan
ini giving action)
Terakhir agar kegagalan itu tidak terulang, yang harus kita lakukan hanya
satu, yaitu gunakan strategi yang efektif disertai dengan optimisme dan
semangat yang tinggi. Insya Allah keberhasilan sudah ada di depan mata.
(Deni bin Mu'min)_
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar