Selayaknya dan
sewajarnya jika cinta itu berbuah kebahagiaan, sepanjang waktu merasakan
kesenangan, dan setiap saat membuat kita nyaman. Namun nyatanya, banyak para
pecinta yang menjadi korban cinta. Seketika itu pula segala kesenangan berubah
menjadi kesedihan. Ada apa dengan cinta?
Mencintai itu ibarat
memegang pena, dan dicintai itu ibarat memegang kertas. Orang yang memegang
pena akan mencari seseorang yang memegang kertas, agar penanya dapat
bermanfaat. Mencintai harus siap kecewa apabila orang yang dicintai tidak
menyambut cinta itu dengan baik. Sebagaimana pemegang pena yang harus siap
kecewa apabila pemegang kertas tidak memberikan kertasnya. Dan orang yang
dicintai harus waspada dan hati-hati untuk menyambut cinta dari orang yang
mencintai itu. Karena jika salah menyambut, bisa-bisa “kertas” anda akan
dinodai oleh sang “pena” dengan tulisan-tulisan tidak bermakna dan tiada bermanfaat.
Tidak pandang gender, baik laki-laki maupun perempuan,
boleh mencintai dan boleh dicintai. Jika kita memegang pena, pilihlah kertas
yang berkualitas baik untuk menulis kebaikan-kebaikan yang akan dibaca oleh
semua manusia. Jika kita memegang kertas, terimalah pena yang berkualitas baik
yang akan menjadi lahan tulisan-tulisan kebaikan yang akan dibaca oleh semua
manusia. Perbaikilah mental kita. Jika kita mencintai, cintailah orang yang
baik. Jika kita dicintai, terimalah cinta dari orang yang baik. Tentu dalam hal
ini adalah yang baik dalam pandangan Allah. Agar tidak ada lagi kertas yang
menjadi korban pena yang jahat, agar tidak ada lagi pena yang menjadi korban
kertas yang lusuh. Agar tidak ada lagi korban cinta yang berguguran dalam
kesedihan.
(Deni bin Mu'min)_
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar