“Aku memberikan
janji, lalu berikanlah aku kesempatan untuk membuktikannya”
Jika sepasang suami-istri melakukan pertengkaran, maka yang terjadi
setelah pertengkaran itu ada dua kemungkinan; mereka berpisah/cerai atau mereka
semakin mesra. Mengapa bisa sampai terjadi perceraian? Karena mereka sudah
saling tidak mempercayai pasangannya, sehingga sampai pada suatu titik ia
berputus asa bahwa pasangannya tidak lagi dapat memberikan kebahagiaan sama
sekali. Nah, bagaimana dengan yang semakin mesra setelah terjadi pertengkaran?
Tentu mereka berdua menyelesaikan pertengkaran itu dengan jalan damai.
Sebenarnya ada banyak jalan damai. Jika Anda ada dalam posisi yang melakukan
kesalahan sehingga Andalah yang menyebabkan pertengkaran itu terjadi, Anda
dapat melakukan beberapa jalan damai seperti memberikannya hadiah, merayu dan
memujinya. Tetapi jika kesalahan yang Anda perbuat itu bahaya, sehingga
meskipun Anda sudah berusaha memberikan hadiah, rayuan ataupun pujian, ternyata
pasangan Anda masih tetap marah. Maka Anda harus lakukan konsep introspeksi
ini.
Katakanlah
“Aku memberikan janji, lalu berikanlah aku kesempatan untuk membuktikannya”.
Katakanlah dengan sungguh-sungguh, kalimat itu, tekadkan kuat-kuat dalam hati
untuk membuktikan janji Anda, lalu segeralah bergerak dengan semangat untuk
membuktikan janji Anda itu. Ingat, kepercayaan dan kesempatan yang diberikan
pasangan Anda itu sangat mahal, maka Anda jangan sekali-kali mengingkari janji
yang telah Anda buat. Ya memang seharusnya begitulah seorang muslim ketika
berjanji, ia pasti akan menepatinya dan menjauhi sifat munafik yang
salahsatunya adalah mengingkari janji. Lihat QS. Al-Mu’minuun:8.
Bagi
Anda yang merasa disakiti oleh pasangan Anda, berikanlah ia kesempatan untuk
memperbaiki diri, maafkanlah ia selama kesalahan itu masih bisa diperbaiki.
Tetapi jika kesalahannya benar-benar super bahaya dan tidak bisa ditoleransi
lagi, maka tidak ada salahnya juga jika Anda ingin mengajukan talak. Tapi
itupun solusi terakhir setelah semua kesabaran dan semua jalan ikhtiar untuk
merubahnya telah Anda coba.
Lantas
bagaimana membedakan antara kesalahan hampir bahaya, bahaya, dan sangat bahaya?
Nah untuk mempermudah Anda memahaminya, saya akan menyajikannya dalam tebel di
bawah ini. Silakan menyimak!
Kesalahan
|
Penjelasan
|
Tolak ukur
|
Contoh kesalahan
|
Hampir bahaya
|
Kesalahan yang bersifat insaniyah (manusiawi)
|
Baik dan buruk
|
Istri malas masak, suami bepergian tanpa pamit
|
Bahaya
|
Kesalahan yang bersifat ubudiah (ibadah)
|
Pahala dan dosa
|
Istri meninggalkan sholat, suami melakukan
korupsi/kolusi
|
Sangat bahaya
|
Kesalahan yang bersifat ilahiyah (akidah)
|
Benar dan salah
|
Istri masuk aliran sesat, suami murtad dari
agama islam
|
Bagaimana? Masih perlu penjelasan?
Baiklah, saya akan jabarkan lebih lanjut lagi khusus untuk Anda. Ingat, dari
awal kita menggunakan filosofi “kereta rumahtangga.” Katakanlah pasangan Anda
menjadi masinisnya. Kesalahan hampir bahaya itu ibarat masinis yang mengantuk saat mengendarai kereta, maka tugas Anda
sebagai pendampingnya adalah mengingatkannya agar ia tidak mengantuk ketika
mengemudikan kereta. Karena jika ia lengah dalam kemudinya, bisa-bisa terjadi
sesuatu yang akan membahayakan. Tentu masalah ini sangat mudah untuk Anda cari
solusinya. Kesalahan bahaya itu ibarat masinis
yang tertidur saat mengendarai kereta, maka Anda sebagai pendampingnya
harus membuatnya terbangun. Karena mengantuk saja bahaya, apalagi jika ia sampai
tertidur. Anda harus membangunkannya, meskipun agak gampang-gampang susah.
Sedangkan kesalahan yang sangat bahaya itu ibarat masinis yang salah jalur saat mengemudikan kereta. Nah jika sudah
begini, Anda memiliki 2 pilihan: Anda tetap bersama masinis itu ikut melaju di
rel/jalur yang salah sambil berusaha menasihati masinis agar kembali ke jalur
yang benar, atau Anda turun dari kereta itu baik dengan cara melompat ataupun
minta diturunkan dengan baik-baik di tengah jalan oleh sang masinis.
Kira-kira
dari pengibaratan itu Anda sudah mengerti, kan?
Jika pasangan Anda baru berbuat kesalahan yang hampir bahaya, segeralah
mengambil tindakan agar ia tidak sampai menjadi bahaya. Karena kesalahan kecil
jika dilakukan terus-menerus tanpa ada perubahan maka akan menjadi kesalahan
besar, bahaya dan sangat bahaya. Bayangkan jika Anda memiliki istri yang malas
beres-beres rumah, jika Anda membiarkannya maka akan terjadi masalah-masalah
berikutnya yang bisa jadi bahaya. Seperti misalnya uang belanja yang sering
hilang/dicuri karena ditaruhnya sembarangan lah, dokumen penting yang rusak
karena tercampur dengan mainan anak lah, atau bisa juga mewabahnya bakteri dan
virus sumber penyakit yang mematikan, hanya karena penyebab awalnya malas
beres-beres rumah. Selagi belum bahaya, perbaikilah kesalahan-kesalahan kecil
itu.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar