“Aku adalah
cincin dan engkau adalah permatanya”
Dalam konteks ini, suami ibarat cincin
emas yang sangat berharga, dan istri adalah intan permata/berlian yang juga
sangat berharga. Sebagaimana layaknya barang yang berharga, ia didapatkan
dengan susah, ia dijaga, ia dirawat, ia dihias. Sehingga kita yang memilikinya
akan sangat senang dan betul-betul menjaganya dengan baik. Seperti itulah
pasangan Anda, ia adalah manusia mahal yang sangat Anda senangi dengan memilikinya,
yang Anda jaga hatinya dan Anda jaga raganya agar tidak terluka.
Batu
permata menjadi perhiasan untuk cincin, yang menjadikan harganya semakin mahal.
Istri menjadi perhiasan bagi suami, yang menjadikan nilai keduanya semakin
mahal. Cincin adalah tempat bernaung bagi permata, suamipun menjadi tempat
bernaung bagi istrinya.
Katakan pada diri
Anda: “Kita adalah lelaki sholih dan wanita sholihah yang disatukan Allah
dalam pernikahan. Allah tidak mungkin memasangkan cincin emas dengan batu koral
atau batu kapur yang bernilai rendah. Allah juga tidak akan memasangkan batu
permata di atas cincin besi ataupun cincin jerami. Jadilah kita lelaki dan
wanita yang mahal, yang sholih dan sholihah, dengan begitu kita akan bernilai tinggi
di hadapan Allah dan makhluk-makhlukNya, lalu kitapun akan selalu dijaga
olehNya. Kita adalah cincin dan permata yang disatukan, lalu diletakkan dalam
mahligai yang indah, kita adalah sepasang laki-laki dan wanita yang sholih dan
sholihah yang disatukan dalam pernikahan lalu diletakkan dalam mahligai yang
indah (surga). Selama masih berdetak jantung di dada, masih ada waktu untuk
berubah menjadi sholih dan sholihah. Jangan berputus asa dari rahmat Allah.”
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar