“Aku adalah pena dan engkau adalah
tintanya”
Suami dan istri harus bekerjasama dalam hal
produktifitas. Mereka berdua harus bekerjasama untuk mengukir tulisan-tulisan
kebaikan, untuk melahirkan, menciptakan, memproduksi kebaikan-kebaikan yang
banyak hingga tetes tinta terakhir, hingga batang pena rapuh dan tak mampu
berdiri lagi.
Pena
tidak bisa menulis tanpa tinta, tinta tak bisa bermanfaat tanpa pena. Suami
tidak bisa sukses tanpa istri, istri harus menjadi
penopang/penyemangat/motivator kesuksesan bagi suami. Jika ada yang berkata
bahwa lelaki itu hanya terlihat kuat di “luar” tetapi sesungguhnya ia lemah di
“dalam”, maka pernyataan itu ada benarnya juga. Maka dari itu kuatnya fisik
suami itu harus seiring dengan kekuatan mentalnya. Dan tentu yang menjadi
penguat mental sang suami adalah istrinya sendiri. Dan istri, apabila ia ingin
memberdayakan potensi dirinya untuk bekerja menjadi wanita karir, maka ia harus
mendapat persetujuan dan perlindungan yang terjangkau oleh suaminya. Ingat,
bahwa tinta tidak dapat bekerja tanpa pena, dan dalam bekerja tinta juga selalu
dalam perlindungan sang pena.
Alangkah lebih baik jika Anda
pasangan suami-istri bekerja dalam bidang yang sama, dan dalam waktu yang sama.
Misalnya sama-sama menjadi guru di sekolah yang sama, sama-sama menjadi
dokter/perawat di rumah sakit yang sama, berdagang bersama-sama, menjadi
aktivis bersama-sama, dll. Sehingga Anda akan selalu menghabiskan waktu
bersama-sama. Sebagaimana pena dan tinta yang tidak dapat terpisahkan. Kata
kuncinya, semakin banyak Anda berdua menghabiskan waktu bersama-sama, maka akan
semakin banyak rasa cinta diantara Anda berdua.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar