“Syukur
itu menggunakan segala nikmat Allah untuk ketaatan kepada Allah”
Secara bahasa, bersyukur
artinya berterimakasih. Secara istilah, bersyukur itu adalah menggunakan segala
nikmat Allah untuk ketaatan kepada Allah. Kita diberi kendaraan berupa
mobil/motor bukti bersyukurnya adalah digunakannya kendaraan itu untuk
bepergian ke tempat-tempat yang diridhoi Allah. Kita diberi harta cara bersyukurnya
adalah digunakannya harta itu untuk menunaikan haji, zakat, dan bersedekah.
Kita diberi laptop bersyukurnya dengan digunakan untuk mengambil dan
menghasilkan hal-hal yang berguna untuk ummat. Kita diberi mata, telinga,
mulut, tangan dan kaki, cara bersyukurnya ialah dengan menggunakan anggota
tubuh tersebut untuk melihat, mendengar, makan, bicara dan melakukan hal-hal
kebaikan/ketaatan. Dan lain-lain.
Sang kepala rumah tangga
harus mencontohkan dan mengajak agar seluruh anggota keluarga dapat bersikap
mensyukuri nikmat yang telah diberikan dari Allah. Istripun harus mengajarkan
dan mendidik anak-anak agar bersyukur. Jika seisi rumah itu bersyukur kepada
Allah, maka pasti kenikmatan itu akan terus ditambah olehNya. Lihat QS.
Ibrahim:7.
Ngomong-ngomong
tentang nikmat Allah, nikmat dari Allah itu ada dua jenis, yaitu: rizki dan
hidayah. Nikmat rizki itu berupa hal-hal materi duniawi seperti hujan, makanan,
harta, “istana”, dll. Sedangkan nikmat hidayah itu berupa hal-hal materi
ukhrowi seperti pemahaman tentang ilmu agama, teman yang sholih/ah, guru yang
hanif/lurus (tidak sesat), dll. Karena
rizki dan hidayah merupakan sama-sama nikmat Allah, maka penyikapan terhadap
keduanyapun hampir tidak ada bedanya. Jika rizki itu selalu kita minta dalam
doa, maka hidayahpun harus selalu kita minta. Jika rizki itu harus disyukuri,
maka hidayahpun harus kita syukuri. Jika rizki itu dicari dan diperjuangkan
dengan seluruh tenaga, maka hidayahpun harus dicari dan diperjuangkan dengan
sepenuh tenaga. Jika rizki itu kita jaga dan kita pelihara, maka hidayahpun
harus selalu kita jaga dan pelihara. Jika rizki itu kita bagikan kepada yang
membutuhkan, maka hidayahpun harus kita bagikan kepada orang yang
membutuhkan/belum mendapat hidayah. Allah melapangkan rizki siapa saja yang Dia
kehendaki, dan Allah membatasi rizki siapa saja yang ia kehendaki. Allah
memberi hidayah/petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah
menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki. Mintalah dalam doa rutin kita, agar
Allah senantiasa melapangkan rizki kita dan memberikan kita petunjuk/hidayah.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar