Sabtu, 15 Desember 2012

Konsep Syukur



“Syukur itu menggunakan segala nikmat Allah untuk ketaatan kepada Allah”

Secara bahasa, bersyukur artinya berterimakasih. Secara istilah, bersyukur itu adalah menggunakan segala nikmat Allah untuk ketaatan kepada Allah. Kita diberi kendaraan berupa mobil/motor bukti bersyukurnya adalah digunakannya kendaraan itu untuk bepergian ke tempat-tempat yang diridhoi Allah. Kita diberi harta cara bersyukurnya adalah digunakannya harta itu untuk menunaikan haji, zakat, dan bersedekah. Kita diberi laptop bersyukurnya dengan digunakan untuk mengambil dan menghasilkan hal-hal yang berguna untuk ummat. Kita diberi mata, telinga, mulut, tangan dan kaki, cara bersyukurnya ialah dengan menggunakan anggota tubuh tersebut untuk melihat, mendengar, makan, bicara dan melakukan hal-hal kebaikan/ketaatan. Dan lain-lain.
Sang kepala rumah tangga harus mencontohkan dan mengajak agar seluruh anggota keluarga dapat bersikap mensyukuri nikmat yang telah diberikan dari Allah. Istripun harus mengajarkan dan mendidik anak-anak agar bersyukur. Jika seisi rumah itu bersyukur kepada Allah, maka pasti kenikmatan itu akan terus ditambah olehNya. Lihat QS. Ibrahim:7.
Ngomong-ngomong tentang nikmat Allah, nikmat dari Allah itu ada dua jenis, yaitu: rizki dan hidayah. Nikmat rizki itu berupa hal-hal materi duniawi seperti hujan, makanan, harta, “istana”, dll. Sedangkan nikmat hidayah itu berupa hal-hal materi ukhrowi seperti pemahaman tentang ilmu agama, teman yang sholih/ah, guru yang hanif/lurus (tidak sesat),  dll. Karena rizki dan hidayah merupakan sama-sama nikmat Allah, maka penyikapan terhadap keduanyapun hampir tidak ada bedanya. Jika rizki itu selalu kita minta dalam doa, maka hidayahpun harus selalu kita minta. Jika rizki itu harus disyukuri, maka hidayahpun harus kita syukuri. Jika rizki itu dicari dan diperjuangkan dengan seluruh tenaga, maka hidayahpun harus dicari dan diperjuangkan dengan sepenuh tenaga. Jika rizki itu kita jaga dan kita pelihara, maka hidayahpun harus selalu kita jaga dan pelihara. Jika rizki itu kita bagikan kepada yang membutuhkan, maka hidayahpun harus kita bagikan kepada orang yang membutuhkan/belum mendapat hidayah. Allah melapangkan rizki siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah membatasi rizki siapa saja yang ia kehendaki. Allah memberi hidayah/petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki. Mintalah dalam doa rutin kita, agar Allah senantiasa melapangkan rizki kita dan memberikan kita petunjuk/hidayah.

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku