Kita menjalani “kereta rumahtangga”, bukan
“bahtera rumahtangga”
Mengapa saya menggunakan istilah kereta rumah tangga dan bukan bahtera
rumahtangga? Ya, karena filosofi antara kereta dan bahtera itu berbeda. Dimana
letak perbedaannya? Kereta itu memiliki jalur/rel yang pasti untuk sampai ke
tempat tujuan, sementara bahtera itu jalurnya tidak terlihat dengan jelas.
Perjalanan kereta lebih cendrung tenang dan stabil, sementara bahtera kadang
terombang-ambing oleh angin dan ombak, penumpang bahtera itupun suatu saat
tenang dan suatu saat bergolak mengikuti ombak atau badai yang menerpa.
Pemandangan naik kereta lebih tidak menjenuhkan daripada naik bahtera. Kereta
dapat beristirahat di tengah perjalanan (di setiap stasiun) untuk sekedar isi
ulang bahan bakar/servis kereta atau untuk memanjakan badan masinis dan para
penumpangnya, sedangkan kesempatan seperti itu tidak bisa didapatkan apabila
menaiki bahtera. Jangankan untuk servis, mengisi ulang bahan bakarnya apabila
kehabisan atau bocor ditengah laut saja bahtera kelimpungan. Yang intinya dari
filosofi ini, naik kereta lebih menentramkan dibanding naik bahtera. Filosofi
ini akan membentuk pola pikir dan membantu Anda dalam dalam menjalani
rumahtangga Anda.
Peran
suami adalah sebagai masinis. Alquran dan sunnah adalah rel/jalan lurus yang
menjadi pijakan yang harus ditempuh untuk menuju tempat terindah/surga dengan
keridhoan Allah. Maka suami harus bisa menjadi imam/pemimpin dalam kereta
rumahtangganya untuk membawa istri, anak-anak, dan masyarakat yang ada dalam
–gerbong- tanggungjawabnya. Sang masinis harus terlatih dan memiliki ilmu yang
mumpuni untuk memimpin keretanya, dalam artian ini suami juga harus memiliki
ilmu yang mumpuni untuk memimpin rumahtangganya. Suami harus membawa kereta
rumahtangganya agar tetap berjalan di rel/jalur yang benar di atas jalan Islam
(manhaj Islam) yang dibimbing oleh alquran dan sunnah. Apabila ada yang
menghalangi perjalanan kereta di rel/jalan lurus ini, maka orang yang
menghalangi itu harus diberi peringatan dengan klakson (horn) kereta, apabila ia tidak mengindahkan peringatan itu, maka
bukan salah masinis dan keretanya jika sang penghalang harus ditabrak oleh
kereta yang melaju di jalan yang benar itu. Nah, apabila ada orang yang menjadi
penghalang kebaikan dalam rumahtangga Anda, maka berilah ia peringatan dulu. Apabila
ia tidak peduli, maka teruslah Anda berjalan, dia yang menghalangi kebaikan itu
akan terkalahkan, dan Anda tidak akan disalahkan.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar