Sabtu, 15 Desember 2012

Konsep Keseimbangan/Kesetaraan


Jika kita tidak seimbang, maka kita akan terjatuh

Islam juga mengenal kesetaraan/keseimbangan dalam memilih jodoh. Artinya orang yang tingkat ekonominya tinggi kalau bisa carilah jodoh yang juga dari kalangan ekonomi tinggi, atau kalaupun ada beda ya jangan sampai beda terlalu jauh. Orang yang berpendidikan tinggi, kalau bisa carilah jodoh yang berpendidikan tinggi pula atau di bawahnya sedikit. Orang yang banyak hapalan alqurannya juga dengan yang banyak hapalan alqurannya. Orang yang kalangan menengah juga dengan kalangan menengah, dst.
Sebenarnya Islam lebih menitik beratkan untuk menikahkan dua orang yang seimbang dari sisi kualitas pengamalan agamanya, karena jika agamanya sama-sama bagus maka kejomplangan dari sisi kekayaan ataupun pendidikan dan latarbelakang lainnya tidak akan jadi masalah. Ini terbukti dari kisah Rasulullah SAW yang menikahi konglomerat sekelas Khadijah binti Khuwailid. Atau kisah Rasulullah SAW yang menikahi seorang wanita yang beliau merdekakan bernama Shafiyyah binti Huyay. Dan Rasulullah SAW pun juga menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar yang jenjang umur mereka berbeda jauh. Perbedaan-perbedaan duniawi yang cukup jomplang itu tidak menjadi kendala bagi rumahtangga Rasulullah, karena beliau dan para istrinya memiliki keimanan dan amal shaleh yang seimbang atau tidak beda jauh sampai jomplang. Namun karakter dan tabiat serta gaya hidup yang berlatar belakang menjomplang di antara pasangan suami-istri bisa memicu ketidakbetahan Anda berdampingan dengan pasangan Anda. Hal ini sama seperti kisah yang terjadi pada Zainab binti Jahsy yang diceraikan dari suaminya, Zaid bin Haritsah yang hidup serba sederhana bahkan kekurangan. Maka dari kisah-kiah tersebut, akan lebih aman jika Anda dan calon pasangan Anda adalah dari kalangan yang sederajat baik dari sisi duniawi maupun sisi ukhrowi. Jika Anda dan calon pasangan Anda tidak  seimbang, maka siap-siaplah dengan jatuhnya talak dan hancurnya rumahtangga Anda.
Ada sepasang suami-istri yang sudah menikah, suaminya sholih tetapi istrinya belum dapat dikatakan sholihah, apakah mereka tidak seimbang? Jika kasusnya seperti itu maka lihatlah beberapa tahun lagi, kelak suaminya akan berubah menjadi sama seperti istrinya, dia akan menurun tingkat keimanan dan ketakwaannya. Atau kelak istrinya akan berubah menjadi wanita sholihah juga dan meningkat drastis perubahan akhlak dan ketaatannya. Itu semua tergantung apakah rumahtangga mereka berdua berjalan di atas konsep dan prinsip Islam atau tidak.

(Deni bin Mu'min)_ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku