“Jika kita
tidak seimbang, maka kita akan terjatuh”
Islam juga mengenal kesetaraan/keseimbangan dalam
memilih jodoh. Artinya orang yang tingkat ekonominya tinggi kalau bisa carilah
jodoh yang juga dari kalangan ekonomi tinggi, atau kalaupun ada beda ya jangan
sampai beda terlalu jauh. Orang yang berpendidikan tinggi, kalau bisa carilah
jodoh yang berpendidikan tinggi pula atau di bawahnya sedikit. Orang yang
banyak hapalan alqurannya juga dengan yang banyak hapalan alqurannya. Orang
yang kalangan menengah juga dengan kalangan menengah, dst.
Sebenarnya Islam lebih menitik beratkan untuk
menikahkan dua orang yang seimbang dari sisi kualitas pengamalan agamanya,
karena jika agamanya sama-sama bagus maka kejomplangan dari sisi kekayaan
ataupun pendidikan dan latarbelakang lainnya tidak akan jadi masalah. Ini
terbukti dari kisah Rasulullah SAW yang menikahi konglomerat sekelas Khadijah
binti Khuwailid. Atau kisah Rasulullah SAW yang menikahi seorang wanita yang
beliau merdekakan bernama Shafiyyah binti Huyay. Dan Rasulullah SAW pun juga
menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar yang jenjang umur mereka berbeda jauh. Perbedaan-perbedaan
duniawi yang cukup jomplang itu tidak menjadi kendala bagi rumahtangga
Rasulullah, karena beliau dan para istrinya memiliki keimanan dan amal shaleh
yang seimbang atau tidak beda jauh sampai jomplang. Namun karakter dan tabiat
serta gaya hidup yang berlatar belakang menjomplang di antara pasangan
suami-istri bisa memicu ketidakbetahan Anda berdampingan dengan pasangan Anda. Hal
ini sama seperti kisah yang terjadi pada Zainab binti Jahsy yang diceraikan
dari suaminya, Zaid bin Haritsah yang hidup serba sederhana bahkan kekurangan. Maka
dari kisah-kiah tersebut, akan lebih aman jika Anda dan calon pasangan Anda
adalah dari kalangan yang sederajat baik dari sisi duniawi maupun sisi ukhrowi.
Jika Anda dan calon pasangan Anda tidak
seimbang, maka siap-siaplah dengan jatuhnya talak dan hancurnya
rumahtangga Anda.
Ada sepasang suami-istri yang sudah menikah, suaminya
sholih tetapi istrinya belum dapat dikatakan sholihah, apakah mereka tidak
seimbang? Jika kasusnya seperti itu maka lihatlah beberapa tahun lagi, kelak
suaminya akan berubah menjadi sama seperti istrinya, dia akan menurun tingkat
keimanan dan ketakwaannya. Atau kelak istrinya akan berubah menjadi wanita
sholihah juga dan meningkat drastis perubahan akhlak dan ketaatannya. Itu semua
tergantung apakah rumahtangga mereka berdua berjalan di atas konsep dan prinsip
Islam atau tidak.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar