Minggu, 16 Desember 2012

Konsep Bijaksana



“Menasihati kebenaran dengan baik, memutuskan perkara dengan mempertimbangkan benar dan salah, baik dan buruk, manfaat dan mudhorot.”
     

        Suami adalah pemimpin di dalam rumahtangga, istri juga menjadi pemimpin bagi anak-anaknya ketika suami sedang tidak di rumah. Setiap orang yang dipimpin menginginkan pemimpinnya bersikap bijaksana dalam memperlakukannya. Apakah mudah untuk menjadi orang yang bijak? Saya katakan.. mudah. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Karena antonim (lawan kata) dari bijaksana adalah “bodoh, tolol, dungu.” Jadi kurang lebih bijaksana itu dapat diartikan sebagai “kepintaran yang digunakan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat (biasanya digunakan dalam bertutur kata maupun bertutur rupa/berperilaku, dan dalam memberikan nasihat maupun memutuskan perkara).”
Lalu bagaimana caranya supaya menjadi orang yang bijak? Begini, modal untuk menjadi bijaksana hanyalah dua. Yaitu mengetahui prinsip-prinsip kebenaran (yang bersumber dari Alquran dan hadits, ilmu pengetahuan, dan filsafat yang hanif/lurus) dan menerapkan kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari untuk kebaikan dan kebermanfaatan bersama-sama. Okeh, untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang prinsip-prinsip kebenaran itu. Pokok-pokok kebenaran itu ada 3:
a.       Alquran dan sunnah
Alquran dan sunnah ini kebenarannya mutlak. Tapi harus memahaminya dengan didukung oleh tafsir, asbabunnuzul, asbabulwurud, klasifikasi hadits, dll.
b.      Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan itu kebenarannya bersifat empiris, artinya harus ada pembuktian terlebih dahulu baru kemudian menjadikannya sebagai landasan kebenaran. Apabila ilmu pengetahuan itu tidak terbukti kebenarannya, maka tidak boleh dijadikan landasan. Misalnya ada yang bilang bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan, nah apabila ilmu pengetahuan telah membuktikan itu maka Anda harus menjadikannya landasan kebenaran. Ada juga yang bilang bahwa manusia berasal dari kera, jika ilmu pengetahuan itu bertentangan dengan alquran maka tanpa menunggu pembuktianpun Anda tidak boleh menggunakan itu sebagai landasan kebenaran.
c.       Filsafat
Filsafat itu kebenarannya bersifat pragmatis, relatif, dan dinamis. Kalau bahasa gampangnya sih pragmatis = mengutamakan kepraktisan, relatif = benar dan baik menurut seseorang belum tentu bagi orang lain, dinamis = hari ini bisa menjadi sesuatu yang benar besok bisa menjadi sesuatu yang salah. Maka dari itu mempelajari ilmu filsafat sangat berbahaya apabila tidak dilandasi dengan akidah yang kuat dan pemahaman yang baik terhadap alquran dan sunnah.
Setelah Anda mengetahui prinsip-prinsip kebenaran itu, silakan Anda gunakan untuk memberikan nasihat dan memutuskan perkara yang terjadi dalam rumahtangga Anda.

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku