“Menasihati kebenaran dengan baik,
memutuskan perkara dengan mempertimbangkan benar dan salah, baik dan buruk,
manfaat dan mudhorot.”
Suami adalah pemimpin di dalam rumahtangga, istri
juga menjadi pemimpin bagi anak-anaknya ketika suami sedang tidak di rumah.
Setiap orang yang dipimpin menginginkan pemimpinnya bersikap bijaksana dalam
memperlakukannya. Apakah mudah untuk menjadi orang yang bijak? Saya katakan..
mudah. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Karena antonim (lawan kata)
dari bijaksana adalah “bodoh, tolol, dungu.” Jadi kurang lebih bijaksana itu
dapat diartikan sebagai “kepintaran yang digunakan untuk hal-hal yang baik dan
bermanfaat (biasanya digunakan dalam bertutur kata maupun bertutur
rupa/berperilaku, dan dalam memberikan nasihat maupun memutuskan perkara).”
Lalu bagaimana caranya
supaya menjadi orang yang bijak? Begini, modal untuk menjadi bijaksana hanyalah
dua. Yaitu mengetahui
prinsip-prinsip kebenaran (yang bersumber dari Alquran dan hadits, ilmu
pengetahuan, dan filsafat yang hanif/lurus) dan menerapkan kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari untuk kebaikan
dan kebermanfaatan bersama-sama. Okeh, untuk lebih jelasnya saya akan
menjelaskan tentang prinsip-prinsip kebenaran itu. Pokok-pokok kebenaran itu
ada 3:
a.
Alquran dan sunnah
Alquran dan
sunnah ini kebenarannya mutlak. Tapi harus memahaminya dengan didukung oleh
tafsir, asbabunnuzul, asbabulwurud, klasifikasi hadits, dll.
b.
Ilmu pengetahuan
Ilmu
pengetahuan itu kebenarannya bersifat empiris, artinya harus ada pembuktian
terlebih dahulu baru kemudian menjadikannya sebagai landasan kebenaran. Apabila
ilmu pengetahuan itu tidak terbukti kebenarannya, maka tidak boleh dijadikan
landasan. Misalnya ada yang bilang bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan,
nah apabila ilmu pengetahuan telah membuktikan itu maka Anda harus
menjadikannya landasan kebenaran. Ada juga yang bilang bahwa manusia berasal
dari kera, jika ilmu pengetahuan itu bertentangan dengan alquran maka tanpa
menunggu pembuktianpun Anda tidak boleh menggunakan itu sebagai landasan
kebenaran.
c.
Filsafat
Filsafat
itu kebenarannya bersifat pragmatis, relatif, dan dinamis. Kalau bahasa
gampangnya sih pragmatis = mengutamakan kepraktisan, relatif = benar dan baik
menurut seseorang belum tentu bagi orang lain, dinamis = hari ini bisa menjadi
sesuatu yang benar besok bisa menjadi sesuatu yang salah. Maka dari itu
mempelajari ilmu filsafat sangat berbahaya apabila tidak dilandasi dengan
akidah yang kuat dan pemahaman yang baik terhadap alquran dan sunnah.
Setelah Anda mengetahui prinsip-prinsip
kebenaran itu, silakan Anda gunakan untuk memberikan nasihat dan memutuskan
perkara yang terjadi dalam rumahtangga Anda.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar