“Dari
yang halal untuk yang halal dan baik”
Dalam memberikan
uang jajan, sudah sedikit saya singgung sebelumnya. Namun di sini akan saya
jabarkan lagi lebih khusus, mengingat karena pentingnya pengelolaan uang jajan
dalam kehidupan berumah tangga. Karena tahukah Anda? pengelolaan uang jajan ini
dapat menjadi sarana bagi Anda dan pasangan dalam pembentukan karakter positif
anak, pembentukan kebiasaan baik, dan kesehatan anak lho. Mau tahu bagaimana
bisa begitu? Simak paragraf-paragraf selanjutnya ya.
Uang jajan
setiap anak mungkin berbeda-beda, karena menyesuaikan dengan keadaan ekonomi
orangtuanya. Anda orang yang sedang kaya, mungkin uang jajan yang Anda berikan
kepada anak Anda bisa saja lebih banyak dibanding Anda yang sedang miskin. Tapi
tenang saja, banyak atau sedikitnya uang jajan yang diberikan kepada anak-anak Anda
akan kita bahas dalam konsep uang jajan ini:
·
Pertama, Anda harus pastikan uang jajan untuk anak
Anda adalah uang yang halal. Bukan uang hasil mencuri, bukan hasil berjudi,
bukan hasil korupsi, bukan hasil kolusi. Ya saya pikir Anda sudah tahu sendiri
lah namanya uang halal dan haram itu seperti apa. Karena ini berkaitan dengan
pembentukan karakter, maka sudah seharusnya Anda memberikan uang yang halal.
Karena jika anak Anda mengkonsumsi barang/jasa dari uang haram, itu akan
berpengaruh pada kecerdasannya yang menjadi lemah, mentalnya menjadi buruk, dan
akhlaknya menjadi mazmumah.
·
Kedua, berilah uang jajan sesuai dengan
kebutuhannya, bukan sesuai dengan keinginannya. Jika Anda memberikan semua
keinginannya berarti Anda boros, dan jika Anda tidak memberikan apa yang
menjadi kebutuhannya berarti Anda pelit. Tetapi sesekali bolehlah Anda
membelikan jajanan yang belum pernah ia makan, asalkan jajanan itu tidak
berbahaya untuk anak Anda. Ingat ya, sesekali saja, bukan sering kali. Ya
misalnya sebulan sekali setelah Anda ambil gaji, atau paling sering ya seminggu
sekali. Apalagi jika jajanan itu cukup menguras dompet Anda.
Ini juga berlaku untuk pengeluaran belanja
bulanan Anda, jangan sampai Anda membeli barang-barang yang tidak Anda
butuhkan, sementara Anda hanya ingin memuaskan hawa nafsu dalam belanja saja.
Tapi jika benda-benda yang tidak/belum Anda butuhkan itu sudah terlanjur Anda
beli, atau pembelanjaan Anda melebihi dari yang Anda butuhkan alias terlalu
banyak membeli, maka sangat tidak salah jika Anda menginfakkan/menyedekahkan
benda-benda itu kepada yang membutuhkan. Jika Anda berguru pada ustadz Yusuf
Mansur, malah Anda disarankan untuk menyedekahkan barang-barang yang paling
berharga dan paling Anda cintai, padahal Anda sendiri juga membutuhkan benda
itu. Apa yang diajarkan oleh Ustadz Yusuf Mansur tidak salah, pendapatnya
berlandaskan alquran dan sunnah, para sahabat Rasulullah SAW pun banyak yang
mencontohkan demikian.
Okeh, tanpa saya jelaskan lebih banyak
saya yakin Anda sudah paham membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Apakah Anda
masih butuh contoh? Hmm, baiklah akan saya contohkan. Misalnya Anda memiliki
anak usia SMA. Berilah ia uang jajan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya Anda
memberinya untuk transport Rp.4000, untuk makan Rp.5000, untuk minum Rp.2000,
untuk infak Rp.1000, dan untuk nabung Rp.1000. Berarti dalam sehari ia butuh
Rp.13.000. Anda boleh memberikan uang jajannya setiap hari (Rp.13.000), atau
seminggu sekali (Rp.91.000), atau Anda memberinya dalam jangka waktu bulanan
(Rp.390.000). Jika Anda memberi uang jajannya dalam jangka waktu pekanan atau
bulanan, Anda akan melatihnya mengelola keuangannya sendiri. Jika gaji Anda
agak berat untuk memenuhi uang jajannya, bisa saja Anda pangkas uang makannya
dan menggantinya dengan membawa bekal makanan dan minum sendiri sebagai bentuk
prihatin dan menjaga kesehatan anak dari jajanan yang kurang sehat. Yang lebih
bagus lagi jika anak Anda sudah dapat menghasilkan uang sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya. Jika Anda ingin anak Anda seperti itu maka ajarilah ia berbisnis
atau manfaatkan potensi anak Anda untuk hal-hal yang komersil. Hehe. Ya sudah,
cukup panjang kita membahas tentang ini. Intinya Islam tidak mengajarkan boros
dan pelit, tetapi Islam mengajarkan untuk berhemat dan bersedekah.
·
Ketiga, Anda harus mengarahkan anak Anda sebaiknya
ia menggunakan uang jajannya untuk membeli apa, kapan, dan di mana. Misalnya
arahkan anak Anda untuk membeli jajanan yang sehat, jajannya pada saat lapar
atau haus, membeli jajannya di kantin sehat sekolah. Setelah mengarahkan, Anda
penting menanyakan apakah ia mengikuti saran Anda itu atau tidak. Jikapun
tidak, selama anak Anda masih benar dalam mengelola uang jajannya dan memilih
jajanan yang sehat, Anda patut acungkan jempol untuknya. Kelihatannya Anda
seperti banyak mengatur dan rewel, tetapi anggapan ini hanya terjadi pada
awalnya saja. Setelah menjadi kebiasaan dan terpatri menjadi karakternya, Anda
akan dinilai sebagai orangtua yang sangat bijak oleh anak Anda.
(Deni bin Mu'min)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar