Minggu, 16 Desember 2012

Konsep Uang Jajan Anak



 “Dari yang halal untuk yang halal dan baik”


Dalam memberikan uang jajan, sudah sedikit saya singgung sebelumnya. Namun di sini akan saya jabarkan lagi lebih khusus, mengingat karena pentingnya pengelolaan uang jajan dalam kehidupan berumah tangga. Karena tahukah Anda? pengelolaan uang jajan ini dapat menjadi sarana bagi Anda dan pasangan dalam pembentukan karakter positif anak, pembentukan kebiasaan baik, dan kesehatan anak lho. Mau tahu bagaimana bisa begitu? Simak paragraf-paragraf selanjutnya ya.
Uang jajan setiap anak mungkin berbeda-beda, karena menyesuaikan dengan keadaan ekonomi orangtuanya. Anda orang yang sedang kaya, mungkin uang jajan yang Anda berikan kepada anak Anda bisa saja lebih banyak dibanding Anda yang sedang miskin. Tapi tenang saja, banyak atau sedikitnya uang jajan yang diberikan kepada anak-anak Anda akan kita bahas dalam konsep uang jajan ini:
·            Pertama, Anda harus pastikan uang jajan untuk anak Anda adalah uang yang halal. Bukan uang hasil mencuri, bukan hasil berjudi, bukan hasil korupsi, bukan hasil kolusi. Ya saya pikir Anda sudah tahu sendiri lah namanya uang halal dan haram itu seperti apa. Karena ini berkaitan dengan pembentukan karakter, maka sudah seharusnya Anda memberikan uang yang halal. Karena jika anak Anda mengkonsumsi barang/jasa dari uang haram, itu akan berpengaruh pada kecerdasannya yang menjadi lemah, mentalnya menjadi buruk, dan akhlaknya menjadi mazmumah.
·         Kedua, berilah uang jajan sesuai dengan kebutuhannya, bukan sesuai dengan keinginannya. Jika Anda memberikan semua keinginannya berarti Anda boros, dan jika Anda tidak memberikan apa yang menjadi kebutuhannya berarti Anda pelit. Tetapi sesekali bolehlah Anda membelikan jajanan yang belum pernah ia makan, asalkan jajanan itu tidak berbahaya untuk anak Anda. Ingat ya, sesekali saja, bukan sering kali. Ya misalnya sebulan sekali setelah Anda ambil gaji, atau paling sering ya seminggu sekali. Apalagi jika jajanan itu cukup menguras dompet Anda.
Ini juga berlaku untuk pengeluaran belanja bulanan Anda, jangan sampai Anda membeli barang-barang yang tidak Anda butuhkan, sementara Anda hanya ingin memuaskan hawa nafsu dalam belanja saja. Tapi jika benda-benda yang tidak/belum Anda butuhkan itu sudah terlanjur Anda beli, atau pembelanjaan Anda melebihi dari yang Anda butuhkan alias terlalu banyak membeli, maka sangat tidak salah jika Anda menginfakkan/menyedekahkan benda-benda itu kepada yang membutuhkan. Jika Anda berguru pada ustadz Yusuf Mansur, malah Anda disarankan untuk menyedekahkan barang-barang yang paling berharga dan paling Anda cintai, padahal Anda sendiri juga membutuhkan benda itu. Apa yang diajarkan oleh Ustadz Yusuf Mansur tidak salah, pendapatnya berlandaskan alquran dan sunnah, para sahabat Rasulullah SAW pun banyak yang mencontohkan demikian.
Okeh, tanpa saya jelaskan lebih banyak saya yakin Anda sudah paham membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Apakah Anda masih butuh contoh? Hmm, baiklah akan saya contohkan. Misalnya Anda memiliki anak usia SMA. Berilah ia uang jajan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya Anda memberinya untuk transport Rp.4000, untuk makan Rp.5000, untuk minum Rp.2000, untuk infak Rp.1000, dan untuk nabung Rp.1000. Berarti dalam sehari ia butuh Rp.13.000. Anda boleh memberikan uang jajannya setiap hari (Rp.13.000), atau seminggu sekali (Rp.91.000), atau Anda memberinya dalam jangka waktu bulanan (Rp.390.000). Jika Anda memberi uang jajannya dalam jangka waktu pekanan atau bulanan, Anda akan melatihnya mengelola keuangannya sendiri. Jika gaji Anda agak berat untuk memenuhi uang jajannya, bisa saja Anda pangkas uang makannya dan menggantinya dengan membawa bekal makanan dan minum sendiri sebagai bentuk prihatin dan menjaga kesehatan anak dari jajanan yang kurang sehat. Yang lebih bagus lagi jika anak Anda sudah dapat menghasilkan uang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Jika Anda ingin anak Anda seperti itu maka ajarilah ia berbisnis atau manfaatkan potensi anak Anda untuk hal-hal yang komersil. Hehe. Ya sudah, cukup panjang kita membahas tentang ini. Intinya Islam tidak mengajarkan boros dan pelit, tetapi Islam mengajarkan untuk berhemat dan bersedekah.
·         Ketiga, Anda harus mengarahkan anak Anda sebaiknya ia menggunakan uang jajannya untuk membeli apa, kapan, dan di mana. Misalnya arahkan anak Anda untuk membeli jajanan yang sehat, jajannya pada saat lapar atau haus, membeli jajannya di kantin sehat sekolah. Setelah mengarahkan, Anda penting menanyakan apakah ia mengikuti saran Anda itu atau tidak. Jikapun tidak, selama anak Anda masih benar dalam mengelola uang jajannya dan memilih jajanan yang sehat, Anda patut acungkan jempol untuknya. Kelihatannya Anda seperti banyak mengatur dan rewel, tetapi anggapan ini hanya terjadi pada awalnya saja. Setelah menjadi kebiasaan dan terpatri menjadi karakternya, Anda akan dinilai sebagai orangtua yang sangat bijak oleh anak Anda.

(Deni bin Mu'min)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabatku